Sayang
…
Puisi 14 Baris bergambar di atas berjudul Sayang karya anonym
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Kaca jernih dari segala nampak
Kulari dari gedung lebar halaman
Aku tersesat tak dapat jalan
Kemah kudirikan ketika senjakala
Dipagi terbang entah kemana
Rumahku dari unggun-unggun sajak
Disini aku berbini dan beranak
Rasanya lama lagi, tapi datangnya datang
Aku tidak lagi...
Memendam rasa yang setiap kali berontak membara
Untuk ungkapkannya dengan indahnya kata-kata
Selayak Perjaka memanah Dewi surga akan asmara
Terhalang dinding betis malaikat penunggu pusara
Impian yang terperi di tembok sudut sanubari luka
Kesucian tak lagi terjaga oleh kokohnya dara
Anganku marah-marah tak ada...
Selaksa gemintang yang beratap cakrawala
Ambu-ambu romansa kerinduan terpapar mala
Sisa tawamu masih terdengar
Di tengah jiwa yang menggigil sebab kerinduan
Jalan pulangku menghitam
Basah oleh senyum yang membayang
Hitam pekat, penuh luka yang memikat
Aku hanya bisa menuliskan beberapa aksara
Tentang luka, dan...
Usiaku telah menginjak status remaja
Ada rasa ingin berkelana
Namun, tak tega ku tinggalkan ibu disana
Dia senandung suka nan duka
Sekalipun ku tahu, ibu pasti berkata
Cita citamu yang utama
Pergilah, tak perlu cemaskan ibumu
Ku tatap dalam dalam raut mukamu
...
Jangan lagi kau datang
Hanya untuk menyakiti lalu pulang
Meninggalkan luka yang tak pantas dikenang
Hadirmu bagaikan pelangi
Datang dengan sebuah keindahan lalu pergi
Layaknya benalu yang hanya menginginkan nikmatnya saja
Tanpa mempedulikan perasaan inangnya
Pulanglah..
Hadirmu hanya akan membuat gundah
Hadirmu hanya...
Pernahkah kau tau,
Rasa yang berpendar hangat dalam hatiku saat merindukanmu…
Saat aku hanya dapat mengecup bayangmu,
Yang hanya bisa kucumbui dengan rakus,
Namun kerinduan tetap tak terhapus…
(lebih…)
Suamiku yang malang
Biar kamu lelaki j*l*ng
Aku tetap berusaha sayang
Karena kau masih punya uang
Kalau tidak, pasti sudah ku kemplang
Atau langsung ku tendang
Do’akan aku yang…..
Jangan sampai kesabaranku hilang
Dan membuatku berang
Tapi kalau ku ingat kau...
Andaikata nafas terus terembus
Meraung sakit tanpa terendus
Makin hari makin kurus
Meludah, mendengus
Andaikan langit telah biru
Suara kendaraan menderu-deru
Dan kamu masih berburu
Matilah kamu tertusuk
Oh, Si Malang sayang
Miris bukan kepalang
Pada kaca ia asing
Bertanya siapa...
Gemintang minggu yang beratap cakrawala
Ambuan rindu jelma lara dan sendu
Serta sisa tawamu yang masih terdengar
Entah aku gila atau mati rasa
Berharap dirimu yang dulu selalu ada
Dengarlah…
Gemuruh hatiku yang suaranya mirip kehancuran
Coba kau lihat…
Ada genangan air...
Hari semakin gelap
Kepala semakin penat
Semua tak berjalan sesuai rencana
Kebisingan hanya dikepalaku saja
Aku percaya
Tiada duka
Tanpa rencana
Aku bersaksi
Bahwa menangis
Tidak akan menurunkan gengsi
Dan aku berlindung
Dari godaan alkohol
Yang terkutuk.
-(a. rp),
Ini hanya sementara,
Kupikir begitu.
Namun ternyata,
Isyarat rindu berbeda.
1 hari bagaikan 1 pekan,
1 bulan bagaikan 1 tahun.
Sampai kapan wabah ini akan berakhir,
Hingga Memisahkan kita begitu lama.
Pemasukan Masyarakat menjadi sedikit,
Rindu menjadi lebih karena tak kunjung...
Ingin rasanya aku memilikimu
Parasmu begitu rupawan
Senyummu begitu indah
Sangatlah lentik bulu matamu
Sikap mu sangatlah lembut
Dirimu membuatku terlena
Pandanganmu sangat lah sejuk
Namamu begitu indah didengar
Rasa ini sangatlah merindu
Begitu merdu suaramu
Bahagianya diriku melihatmu
...
Akulah dermaga,
Menepilah, meski sesaat tak mengapa
Letakanlah riuh risalah disampingku
Bersenandunglah jika itu baik buatmu
Merapatlah, lipatlah megah layarmu
Jatuhkan jangkarmu tepat di jantungku
Hingga rantai itu benar-benar menghujam
Dan tak sanggup kutolak perihnya
Jika telah usai, telah tenang batinmu
...
Jalan itu menghitam,
basah oleh hujan.
Namun aku, muram,
Kering oleh kerinduan.
Gerimis ini menghapus jejak apapun,
Namun kasihmu tak hilang dalam hitungan tahun.
Puisi bahasa inggris dari puisi diatas artinya :
“Me and Rain”
The road was blackened,
soaked by rain.
But I,...
Lembut sapamu menjama
Nohkta nuranimu menyentuh
Laksana sutera mengelus lena
Hingga buai hanyut di jiwa yang renyuh
Kini nohkta nurani memburam
Tercemar asa duga yg mencekam
Untai lisan tiada berdaya
Mengurai soal pun tercela
Sutera lembutpun kini berlalu
Sirna serta cerita dahulu
...
Layak langit
Laksana bulan
Namun sekelumit
Hanya tertawan
Berganti fajar
Dan sang embun terhampar
Seperti terdampar
Melihatmu jauh samar
Tapi aku tidak mundur
Kepergianku bukan berarti gugur
Mungkin saat ini sepi mengguyur
Tapi yakinlah esok pasti melebur
Dan...
Serupa magenta
Hadirmu temaram benamkan kecelaan
Seagung asmara membirama kemesraan
Nada-nada kasmaran merengkuh tak terpatahkan
Dan, selepasnya kau bertahta
Tak perduli berapa banyak usaha
Tak terbilang berapa kali kepura-puraan
Masih belum cukup gejolak rindu memburai
Di kesekian malam pun
Pada embus angin tentangmu...
Waktu terus bergulir ibu…
Tapi belum juga engkau memetik hasilnya
Kuncup wangi bungapun belumlah tercium
Apakah aku yang lamban ibu….???
Atau engganka waktu untuk mberikan aku ruang
Atau kurang maksimalka giatku…?!
Cahayamu mulai meredup ibu
Anakmu pun sedang mengejar waktu
Akan berbau harumka...
Senja pertama karam di Bumi Cendrawasih
Perlahan beranjak tinggalkan Raja Ampat nan terkasih
Senja kedua terbenam di Pulau Rempah juga Celebes
Menguntai indah bak madu melebur hiasi Bunaken
Senja ketiga kembali temaram di Tanah Borneo
Bertahta di cakrawala khatulistiwa, diiringi mega merah angkasa
Hingga...
Bagaimana aku bisa berhenti
Ketika semuanya tak sesuai imajinasi
Bahagia yang mula menyelimuti
Sekejap lenyap hilang pergi
Air ricuh pertanda datang gemuruh
Gemercik rasa bukan lagu
Alunan nada bukan tentangmu
Sekedar kenangan yang sekejap datang menjemputku
Aku berbisik pada rindu
Bertanya pada anganku
Di relung relung kamarku,,
kulihat kau tersenyum,,
puisi ini untukmu,,
untuk kita,,
untuk dapat saling bicara,,
tentang bunga melati atau mawar,,
yang berwarna jingga,,
kini dia mekar,,
sayang tersia sia,,
walau setia,,
tapi tak bermakna,,
karena kau tiada,,
sungguh,, kau tiada,,
Wahai pagi katakan padanya
Engkau ada karena mentari bersinar
Tanpa sinar itu kau pun tak berbeda dengan malam
Tapi malam katakan pula padanya
Walau gelap masih ada bulan menerangimu
Mentari ajari dia sekuat kamu
Meraung ganas membagikan cahayamu
Bulan ajari dia sabar sepertimu
...
Tak ada yang tersisa
dari remahan hati antara kita
Satu demi satu menghablur
bersama asa yang telah terlanjur
Dingin malam tak pernah menyampaikan
Jejak perjalanan jiwa kita telah sampai di mana
Purnama telah menyapa
sementara hati kita masih belum juga beranjak
dari luka yang...
Hujan yang mengguyur sesaat,
Menyisakan genangan dalam keheningan
Duduk di depan serambi depan.
Katanya memecah kesunyian;
Tapi biarlah sunyi,
Biarlah kujaga malam ini.
Aku ingin sendiri,
Menuliskanmu seperti ini.
Mengusir rindu yang menghujani hati
Meski di luar hujan telah terhenti.
Sudahlah, hujan...