Malang
…
Puisi 13 Baris bergambar di atas berjudul Malang karya na28
Tergelar di khatulistiwa
Bahasa dari ratusan budaya bertebar
Tak tau apa di kata
Tapi tau apa di rasa
Ada apa diantaranya?
Kenapa bisa bersatu jua?
Adakah tau apa sebabnya?
Kata gadis kecil penuh tanya
Guru bercerita menunjuk pada garuda
Diceritakan setiap langkah perjuangan,...
Pada suatu hari nanti
Aku akan kembali padamu
Tapi hanya dalam bayanganmu,
Engkau takan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti
Senyumanku takan kau lihat lagi
Tapi disetiap kesendirianmu
Kau akan tetap kugenggam.
Pada suatu hari nanti
Walau kau tak merasakan
Kasih sayngku...
Sepi menyeruak,
dari raga yang t’lah lama tak sudah semarak
Kelam datang pula tak lantas lalu,
pada angin terhempas nan bisu
Malam sudah menggelayut,
tapi bintang tak juga kerlip, pekat tak surut
Ombak berdebut, menderu mengharu
Menyadar ‘kan jarak Bima yang bertuba, meragu
Ragukan hangat...
Tatkala hari ini aku terpenjam,
menantikan siang berganti malam,
namun bayangmu selalu terngiung-ngiung,
didalam kalbu, tak terganti tak tertutupi sunyi,
dirimu yang selalu ada,
ada dalam setiap ingatan,
namun rasa ini tak terlampiaskan,
karena terbentur waktu dan lautan,
hanya terbiaskan dalam angan
rindu...
Hingga pertemuan pun terjadi,,
Awalnya biasa saja,,
Ketika dia melihat,, aku pun melihat,,
Seperti seorang pembeli dan penjual,,
Menit pun terus bergulir,,
Tanpa terasa,, dia orang yang sangat menarik,,
Seru,,seperti anak umur 5 tahun menemukan mainannya,,
Bahagia,, tersenyum sendiri,,
Waktu pertemuan pun...
kulalui kelokan jalan bebatuan
tempat dimana darahku yang tercecer tertawa
dan menungguiku kembali lagi menatapnya
sekilas kukatakan kepadanya, kepada bebatuan itu bahwa
aku ingin kembali menjemput kekasih
yang pergi dan tak kuketahui keberadaannya
sedang di langit sebelah mana ia
menyimpan dirinya yang dulu...
Menatap langit luas
Memandang lautan lepas
Mendamba penghuni melintas
Maaf tak seindah yang di atas
Kertas dirobek dan diremas
Berkaca-kaca dihancurkan
Keping-keping disatukan
Terlihat utuh dan berbekas
Sesal pun termenung
Bayang-bayang datang tak menyapa
Maaf…
Derita ini
Kebas hingga tak...
Raga yang telah hancur, melebur
Menyisakan ruang abu, kelabu
Batin telah terhempas, terampas
Menjadikan sunyi sepi, menyendiri
Ku mulai pungut satu demi satu
Merakit kembali senyum, tanpa jeritan meringis
Ku rasa, air bak telah menjadi bahan peledak
Menyiram kegersangan seonggok jiwa
Terlarut dalam senyawa...
Jauh sudah ku melangkah
Dalam kabut anjasmara
Hati bergidik tergetar
Mati raga
Angan sirna
Kujalani pilihan ini
Kuminum Air pahit sebagai pelepas dahaga
Lebatnya rimba hanyalah ilusi asa
Yang kutahu aku masih hidup
Tiada berani lagi aku berharap
Tapi…..aku akan...
Dear Lady
who wants to fall in love
stand up…
let them see
The crown of grace that you wear
The loyalty shawl that you sling
light up their faces
own by who have not yet become gentlemen
who expects perfection
in their ancient minds,
Hai Kekasih,
10 jemariku menghitung hari.
Mataku memantau selir waktu.
Kakiku menapaki kerinduan.
Otakku melingkari dirimu.
Bibirku membilang namamu.
Hatiku merambah cintamu.
Sekujur tubuhku dilumuri oleh peluk hangatmu.
Yang tak nampak wujudnya.
Namun rasanya mendekap erat.
Adalah rasa yang tak pernah aku...
Sendirian,
Apa hinanya?
Perempuan sial,
Kata mereka.
Wanita terlajak,
Sindir mereka.
Tapi,
Terkakah ketawa,
Yang solo ini,
Tidak sudi t*l*nj*ng mendepani cermin hipokrasi,
Dibayangi plastik eksploitasi,
Dalam lekuk badan,
Dan rupa.
Puisi romansa, politik, dan rindu
Hilang menjadi abu
Berfikir bijak kala itu
Berfikir cemerlang layaknya elang
Kini hangus akan ketakutan virus menyerang
Fikiran kacaw balaw tak karuan
Senandung tinta ku tuliskan
Senang dan gembira kurasakan
Kala itu sebelum semua menjadikannya kalangan
Semua orang bisa memanfaatkan waktu luang
Sekarang!
...Bukanlah tiada perasaan malu yang hadir
Tiada pula rasa kesal dan sesal
Karena semua hadir tanpa kehendak yang disengaja
Namun,
Jika semua harus berakhir
Janganlah berakhir dengan pualam tak bergeming…
Sebenarnya tiada kerinduan
yang berubah emosi
Tiada kasih sayang
yang berubah amarah
...
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
...
Mentari pagi terbangun dari tidurnya
Awan pagi amat berseri
Wahai engkau mentariku
Bangunkan aku dari tidurmu
Sadarkan aku dari mimpi tentangmu
Engkaulah sang mentariku
Cahaya dalam hatiku
Yang mewarnai hariku
Oh Tuhan sampaikan sejuta salamku padanya
Wahai bintang jagalah tidur malamnya
Sendiri aku di tengah gelapnya malam
Merenungkan kisah yang tak pernah tau
Seonggok kisah di dalam kalbu.
Apakah itu bodoh atau keliru
Sudah merayap menggerogoti kalbu.
Sampai detik ini aku tak tau.
Meski sudah menyita seluruh ragaku
Berbaur menyiapkan waktu yang sia sia.
Aku ingin membagi malam atas dua pilihan sama seperti halnya bohlam tertawa membagi pekat dan bertanya.
Satu bagian lain lengkap dengan caya rembulan
Satu bagian lainnya tanpa caya dan cakapan liar menanti dijari lukisan kaca.
Aku membagiku atas dua diri
Aku membaginya tengah-tengah antara caya rembulan...
Jika tuhan menciptakanmu
Mungkin ini surat dari tuhan
Atas ulah para penghuni buana
Yang selalu tamak
Rasanya buana ini ingin menangis
Buana ini merasa kesepian
Bahkan masjid di buana ini menangis
Menangis karena ulahmu
Yang membuat semua terlihat hampa
Masjidpun rindu
Rindu...
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
...
Embusan angin di hari senja
Meliukkan pucuk-pucuk Pinus
Menari-nari indah ke kiri dan kanan
Meleburkan hati resah dalam bimbang
Kicauan burung-burung
Sembari melompat antar cabang
Melantunkan melodi indah
Menjadikan hati tenang
Warna-warni bunga bermekaran
Di tepian telaga dikaki bukit
Memberi keindahan panorama...
Amarah …..
Tangisan…..
Kesedihan …..
Layaknya ditelan bumi
Luapan itu tak pernah keluar
Tak pernah terdengar
Dibalik senyuman
Ia bersembunyi
Semakin dalam
Semakin terpendam
Dalam ruang yang gelap
Namun…..
Entah sampai kapan
Lagak bentak dalam benak
Tegak gertak redam muak
Tertawa tanpa bahak
Karena duka telah lihai melawak
Geram dalam muram
Seram mentah yang di peram
Tanpa kalam menyelam malam
Tiada sulam diantara cabik yang menerkam
Ayo!
Pacu lucu
Picu…
Hingga bengis tangis...
Dulu kita bersama..
Sekumpulan pemuda penuh euforia
Mencoba berbagai fasilitas ibukota
Bermain dan menikmati semuanya
Namun Kini, kita tak lagi bersama
Jalanan kehidupan yg berliku
Telah memaksa kita memilih persimpangan yang berbeda
Yang menjauhkan kita dari sedia kala
Tapi Tuhan Maha Baik
...