Senja
…
Puisi 16 Baris bergambar di atas berjudul Senja karya Nurhasesi
Isu yang bukan isu,
Barangkali sudut pandangan sudah juling,
Dihijabkan pemikiran condong,
Malas fikir katanya,
Tapi perlu juga berfikir ke arah umpatan,
Berfikir menggunakan nafsu atau akal fikiran?
Pandanglah dengan menggunakan ilmu pengetahuan,
Membaca bukan hanya muka buku,
Jangan mempopularitikan kejahilan,
...
Hidup bagaikan opera
Yang terus berulang-ulang
Kadang seindah senja di sore hari
Lalu usai di telan Nestapa
Bisakah ku rangkai sepucuk surat
Mendatangkan Harsa di balik Nestapa
Namun sang ombak terus berdesik
Menghalangi datangnya sang Mentari
Tiba saat Lintang mengayun
Sepucuk impian telah...
Cinta adalah hal yang rumit
Terkadang bisa membuat sakit
Bahkan sebagian ada yang sekarat
Tapi sebagian ada juga yang bertobat
Sekarang biarkan aku bertanya
Apakah kamu juga merasa apa yang aku rasa?
Mungkin kamu hanya akan berkata
“Mungkin tidak, jadi biarkan saja”
Tapi percayalah,...
dalam diam aku selalu memandang dalam hening
dalam sendiri akau terpaku menatap ruang kosong ruang sepetak
aku yang tak perna lelah mengejar suatu impian untuk suatu cita cita
namun semua itu hanya impian
namun aku tetap bertahan seperti awan melingkari dunia
dalam dunia nyata sepi ,sedih selalu
Dengan mata tlnjng
Menerobos gelap yang hitam pekat
Aku meraba
Adakah cahaya di dalamnya?
Ada titik kutemukan
Sedikit redup namun menerangi
Remang-remang
Aku menerawang
Menginjakkan kaki pada dimensinya
Bersimpuh takzim
Ada luka kubaca dari bola matanya
Menetes air mata...
Ini bukan soal cinta….
Ini kisah dari Lubuk Kisaran ..
Cerita Laksamana yang tak tahu arah ..
Mengaku saudara jika dia rasa perlu ..
Terlahir rendah adalah kekuranganku ..
Mencoba untuk mengalah demi silaksamana ..
Mungkin ..
Bagaimana dengan ketinggianmu ?
Terlalu...
menatapku pada bola mataku
menatap akan keindahan sesuatu ku
bagaimana rasanya
apa yang kau sedang rasakan
apa yang telah kau rasakan
saat kau tetap aku
menatapmu pada wajahmu
menatap akan wajahmu
bagaimana matamu sedang menatapi sesuatu ku
apa yang telah kau tatap
Begitu ku nikmati hari ini
Meskipun lelah teredam dalam diri
Setelah memetik bulir-bulir padi
Dan menikmati satu dua teguk kopi
Kutapaki jejak yang jarang
Ku saksikan ilalang bergoyang
Leluasa mata memandang
Keaslian desa yang masih terjaga
Sikap warga yang terbuka
Keramah – tamahan masih membudaya
Tetamu pun...
Rindu..
Ratusan purnama telah kulalui tanpa mu
Namun tiada hari tanpa merindu
Lelah dan tertatih mencari pengobat
Karena rindu semakin sekarat
Rindu..
Dalam malam sepi
Dalam doa dan sujudku
Semoga Allah mengambil kembali
Rasa rindu yang tidak ku mau
Rindu..
Mungkin...
Kepada peluk teguh
Tuhanku
Dalam telinga ku
Aku masih menyebutkan namu
Biar susah sungguh
Mengingat engkau penuh dengan seluruh
Cahaya mu penuh suci
Tinggal kerlip titip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tidak ada artinya hidup
...
Senyummu semakin mengutuk rindu
Balon-balon lopeku pecah mengangkasa
Mekarkan sakura merah muda di langit senja
Satu satu surat cintaku mulai terbuka
Di langit sana, pada reranting sakura ia terbaca
Biarkan saja tatap camar cemburuimu dan dedaunan mendesah malu-malu
Kala kukecup dirimu di rerimbunan anganku
Duh...
Kurajut kembali sisa sisa harap ..
Yang tersangkut di pekatnya malam ..
Aku ingin menyunting bulan ..
Menyusup relung pusaran hati ..
Hingga bisa menyosong pagi ..
Menyulam kembali sobekan hati ..
Agar kelak ..
Saat kau lupa tentang dirimu ..
Kau...
Ibu tercinta
Penyayang hati
Menjadi pelindung
Di setiap langkahku
Ibu adalah sumber
Kekuatan dan inspirasi
Menjadi pahlawan
Di setiap hari-hariku
Ibu tulus dan setia
Selalu ada untukku
Menjadi tempat curhat
Saat aku merasa sedih
Ibu, terima kasih
Atas segala cinta...
Riak-riak kecil menyapu jalan,
Membersihkan noda membuang luka,
Memanggul dosa tumpuan nada,
Bernyanyi sendu hati menggema
Mata sayu menatap dunia,
Menelisik keindahan tiada arti,
Duka nestapa menanti berita,
Si dia akankah kembali?
Sudah sewindu tiada kabar,
Ratap titipan menguliti jiwa,
Sudut desa...
Dalam kumpulan kenangan berujung sepi
Ku tangisi setiap rentetan memo yang menepi
Sekarang aku tertawa, tawa didalam duka
Tuk mengelabui setiap manusia yang ikut tertawa
Bersama hujan yang membasahi bumi
Ku tumpahkan semua keluh kesah ini
Namun sekarang? Hujan tiada tanda
Datang di saat...
Sabda malam ini sunguh mendayu-dayu,
Sehingga kulit jemariku bergeliak ingin menulis sebuah kata,
Aliran tangan yang mengikut susunan hati,
Tak kala ia mengikut perasaan,
Coretan batinku tak terbendung dengan amarah,
Bergetar tanpa segan,
Fikiran diawang-awang gundah gulana,
Di dalam jurang antara tirisan akar perasaan,
Berhenti hidup tak berarti mati
Itu berawal dari soal materi
Sebenarnya ku tak pernah peduli
Tapi mengapa lingkungan ku selalu menghakimi
Seolah materi yang lebih berarti
Padahal semua takan pernah berarti
Setelah hidup ini seketika terhenti
Bukan berarti ku ingin dihargai
Dengan hidup...
Sepetik syair kunyanyikan
Padamu yang penuh kasih
Dengan nada penuh syukur
Atas tetesan kasihmu padaku
Kau hapus sedihku
Beriku tiap mimpi yang indah
Dengan doa
Kau ajarku berbudi
Namun apa daya kuberi bagimu
Bahkan, seribu bintang tak sanggup balas cintamu
Yang kuberi...
Dipersimpangan hidup kita bertemu
Bagai siang berawan dengan angin yang menyapa
Dalam sadar dunia menjadi semu
Seakan waktu berada dititik hampa
Penantian panjang adalah saksi bisu
Dengan setia diri selalu menunggu
Dalam doa selalu merintih
Bahwa kaulah pemilik hati
Hatiku telah melabu
Rasa...
Senja tak seindah puisi bersirat makna tentang cinta asmaraloka
Senja juga tak semanis rindu yang tersampaikan dari angin lalu tanpa temu
Semburat jingga dalam senja mengingatkan anyir dari luka sesosok manusia,
menariknya begitu dalam hingga lupa pada yang nyata.
Aku pernah membenci senja, karena setelahnya hanya akan...
Kita kerap terlalu naif untuk menyadari adanya kesempatan mempersiapkan diri
dari apa yang akan terjadi
dan lebih suka menimpakan kesalahan
atas apa yang kita dapatkan
pada keadaan.
Seperti pagi yang tiba-tiba,
siang yang melenggang,
atau malam yang diam-diam
meminta kita pulang,
ragam agenda teruk menumpuk
beraneka bersama datang caruk maruk
Pusing…
Pening kepala atas belakangku
napas pendek tersengal berlalu
bukan busung lapar tapi terlalu
kembung…
sebah lemah pusar menggelembung
seperti angan angin melambung
sang kuat perkasa pun melemah
si angkuh durjana pun menyerah
...
keriting sedikit ikal rambut mengkilap
bertopi hitam bergigi senyum, berdiri tegap
beberapa kotak, burung, kelinci pun siap
acungkan tongkat, merubah alasan jadi harap
ah aku hanya satu dari segudang pemain sulap
tak mampu obati rindu, sembuhkan lelap
tak sanggup terima malas, memberi gegap
tak...
Bening teduh warnamu
Bagai mentari yang menyilaukan
Rindu yang tak pernah pergi
Bagai udara yang terus menyapa
Bayangmu yang masih terukir
Meski ku hapus kenanganmu
Meski waktu menyembuhkan luka
Tetap saja hati tak lupa
Masih jelas terdengar
Tawamu sangat merdu
...