I Love You
…
Puisi 4 Bait bergambar di atas berjudul I Love You karya Zheezy
Cinta adalah anugerah tapi cinta juga bisa menjadi musibah,,
Cinta bagaikan api kecil, yang slalu menghangatkan tapi cinta terkadang juga seperti api besar yg membakar segalanya,,
saat pertama kali cinta menghampiri, semuanya terasa manis. Saat waktu tlah berlalu cinta seperti makanan tanpa rasa, Hambar.
Cinta adalah...
Aku hanyalah sebuah butiran debu.
Yang terbawa oleh hembusan angin rindu.
Dan dimana kerinduan itu adalah hasil dari penantian.
Penantian sebuah cinta yang tulus.
Seakan akan cinta itu seperti sebuah arus air.
Walupun sesekali pecah oleh bebatuan.
Tapi, cinta itu kan kembali menyatu.
Menyusuri arus...
Kini langit kembali menangis…
Kulihat dirimu menangis…
Hati ini rasa ter- iris…
Ku tak kuasa melihat mu terpuruk…
Senyum yg hilang membuat ku seperti tertusuk…
Takkan kubiarkan keadaan kembali memburuk…
Kupastikan jika badai berani melanda…
Ia akan memberikan pelangi setelahnya…
Dirimu tak pantas untuk...
Oleh: Wahyu Eka Nurisdiyanto
Salam hangat Dunia,
Dari kami di sini yang bersimbah darah genosida
Apa kabar Dunia, masihkah riuhmu mentertawakan derita
Sedang kami di sini memekik tak berdaya
Apa kabar Dunia, masihkah gemerlapmu menyilaukan mata hati
Sedang di sini gulita adalah belenggu nyata bagi...
Kekasihku,
Maafkan aku
Jika telah meneteskan air matamu
Namun apalah dayaku
Yang kini telah terbujur kaku
Kekasihku,
Jujur aku tak ingin pergi
Meninggalkanmu disini sendiri
Namun ini telah menjadi takdir illahi
Semua harus berakhir seperti ini
Kekasihku,
Ingatlah namaku disetiap doamu
Beginilah caraku mengatasi ‘kerisauan’ rindu puan,
Dengan selalu mengingat-ngingat selengkung senyum manismu,
Meskipun ‘kerisauan’ itu adalah ketika kau tetap memilih untuk diam, sementara hati ini sekarat ditikam rindu berkali-kali… (lebih…)
malam yg sunyi
aku terlentang sendiri
termenung di ambang lelah dan letih
menunggu kehadiran sang pagi
terasa bising suara hatiku
jantungku berdebar ketika mengingatmu
kenangan indah yg tercipta
membuatku sulit untuk terlupa
saat kupejamkan mata
dirimu ku lihat diantara gelap
wajahmu seakan...
Bagaikan baju, kotor
Di cuci lalu di bilas
Di keringkan lalu di jemur
Di setrika lalu di masukan ke dalam lemari..
Dalam versi bahasa inggris puisi diatas artinya :
“Process”
Like a dirty shirt,
Then washed in rinse,
Then dried in the sun,
Ironed...
hujanpun menangis
saat malam menanggalkan pakaian
menyembulkan kasunyatan
dan memupuk kearifan usia
bagai kereta meninggalkan kota menuju senja
inginku pulang pada rumah yang rumpang
sejak gigil menceraikan tawa dan air mata
tak pernah lagi kusambangi
cecumbuan bagai dengung;
menyesap airmata penghabisan.
Raga yang telah hancur, melebur
Menyisakan ruang abu, kelabu
Batin telah terhempas, terampas
Menjadikan sunyi sepi, menyendiri
Ku mulai pungut satu demi satu
Merakit kembali senyum, tanpa jeritan meringis
Ku rasa, air bak telah menjadi bahan peledak
Menyiram kegersangan seonggok jiwa
Terlarut dalam senyawa...
Ayam berkokok menyambut pagi
mengisi perut dengan roti beragi
secangkir teh menambah energi
merangsang senyum yang siap dibagi
Matahari memancar sepanjang siang,
namun teriknya ditangkis oleh AC milik mereka yang ber-uang,
tidak dengan mereka yang bekerja diluar ruang,
teriknya menembus kulit memaksa keringat keluar...
Bagaimana bisa rangkaian bunga yang telah dirangkai bersama oleh kedua pasang tangan itu
Antara laki-laki dan perempuan yang pelik
Tanganku yang cokelat dan tanganmu yang lembut
Kita sama-sama merangkai dengan bahagia dalam pot besar yang penuh dengan kasih
Tangkai demi tangkai
Daun demi daun
Kelopak...
Langit biru masih seperti yang dulu
Senja tetap memikat kalbu
Pergi yang tak kunjung kembali
Menorehkan sisa kenangan
Engkau tertawa, aku tersenyum
Engkau menangis, aku mengulurkan tangan
Engkau terjatuh, aku mengangkatmu
Malam tak ingin kau lelah
Kembalilah ke cerita ku, kawan
Kisah heroik...
Resah..
Mematahkan asa
Memberatkan langkah
Membelenggu jiwa-jiwa yang gundah
Resah..
Alam basah
Membekukan hati yang membuncah
Merobek dimensi tak bertuah
Menggelitik musafir untuk tetap singgah
Ahh resah..
Rinduku meluap bak air bah
Menenggelamkan imaji dalam darah
Membunuh logika dengan mudah
Sudut bibirmu selalu naik,
Sikapmu ramah begitu simpatik,
Pun ketika kau usap wajah dari baunya ludah,
Juga saat darah mengalir di wajahmu yang lelah,
Bila saat itu kami disana, kuatkah menahan amarah ?,
Dan mungkin aku yang pertama tersedu,
Ingin kurobek mulut si pembuang ludah,
Fajar menyingsing
Pagi menyapa
Seulas senyum kala tugas terlaksana
Tak kenal lelah meski penat menerpa
Tekadmu tak berujung
Sampai kini tetap berjuang
Demi kami, waktu kau korbankan
Kesembuhan kami, kau utamakan
Tiada kata yang dapat menggambarkan
Terima kasih tak sekadar ucapan
Jasamu...
malam ini masih sama dingin
api rindu tak lantas membuatku hangat
barangkali aku butuh pelukan erat
atau sekedar cium singkat
malam ini masih sama sepi
meski kamu membangun komunikasi
meski ribuan cerita telah kamu tumpahi
rasa ini nyatanya kekal dalam hati
untuk atma nan...
menata pesona dalam kalutnya jiwa hanya akan membuat lungkrah jiwa itu seperti istana pasir yang tergerus ombak membadai. sungguh, tak sanggup aku mencari padanan yang terlampau membuyarkan dengan pasti, dengan pasi yang lebih pucat dari purnama menjelma bidadari kesunyian dalam kalut di gelombang abadi.
jika kelak terbersit tanya dalam pikiranmu...
dalam hujan,
adakah rumah sederhana
yang bisa disinggahi
sekedar untuk berteduh, sesaat saja
bagi anak cintaku yang menggigil,
yang ditinggal ibunya?
bisa kau lihat matanya yang bening
air mukanya yang cerah dan menyenangkan
atau bisa kau dengar sendiri
suaranya yang menggemaskan
...
Waktu terus bergulir ibu…
Tapi belum juga engkau memetik hasilnya
Kuncup wangi bungapun belumlah tercium
Apakah aku yang lamban ibu….???
Atau engganka waktu untuk mberikan aku ruang
Atau kurang maksimalka giatku…?!
Cahayamu mulai meredup ibu
Anakmu pun sedang mengejar waktu
Akan berbau harumka...
Kenalilah aku perlahan …
Dimana sajakku terdiam
Seharusnya kau lebih paham
Mendekatlah ….
Tiliklah kelam pupil mataku
Tiada kebohongan jika itu tentangmu
Karena aku adalah Edelweis
Tumbuh mekar di hatimu yang gersang
Aceh, 31 Oktober 2020
Di bawah tangisan langit rintik-rintik
Payung hidupku telah hilang jauh terpisah
Pasrah disirami bulir air sampai tak berkutik
Gelisah tiada yang meneduhi ragaku yang basah
Di bawah tangisan langit rintik-rintik
Ingin kuputar waktu kembali menuju masa indah
Namun, dentingan jam terus maju berdetik
Hanya...
Ada selembar kertas ku genggam
Tak di duga dirimu sedang meram
Di bawah ratapan bulan yang sedang tersenyum
Tanpa sepatah kata dalam kenyataan; meski mimpi mu sedang menggenggam
Esoknya terbit yang lahir dari senyuman
Tanpa sepatah kata dirimu membuatkanku sarapan
Secangkir gelas dan semangkuk untuk...
di petang itu,
ayah tengah duduk
tersenyum menatapku
sambil melambaikan tangan
agar aku cepat mendekat
kusentuh tubuh itu
bukan lagi daging dan darah
melainkan undukan tanah
sementara kejadian tadi,
hanyalah fatamorgana
aku berharap penuh
agar taburan bunga-bunga
mampu terbang bersama