Akhir Cahaya
…
Puisi Denza Perdana bergambar di atas berjudul Akhir Cahaya karya Denza Perdana
Sejak tabung sinar katoda
sihir telah bersentuhan dengan dunia
sinarnya merusakmu, tentu saja
turut mengubah perilakumu
Kini kau menyentuhnya
menggesernya ke kanan dan kiri
seolah kalian berinteraksi, padahal hanya
kau yang terpedaya sinar dan sihirnya
Dahinya adalah jejak sujud yang panjang
Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya
Derai air mata di pipinya telah mengering
Tanpa sisa, tanpa ada yang menduga
Ia memilih jalan sunyi untuk bertanya
Hiruk pikuk untuk tersenyum di beranda derita
Menjerit saat lelap berkuasa
Berdoa bukan...
Kita lahir dari rahim yang sama
Membuka mata di saat berbeda
Aku menolongnya kau mencacinya
Tapi kau yang jeli dan aku tertipu belaka
Ini hanya masalah sudut pandang
Menganggap kaya berlebihan atau miskin keterlaluan
Mata rahim melihat itu semua seimbang
Kita semua lahir dari...
Hari lahirmu berulang
perempuan yang kaupanggil ibu
berjibaku dengan hari ini
pada tahun yang telah lalu
dua dasawarsa lebih sewindu
kurang delapan semester lagi,
di usiamu yang 24 tahun kini
aku hadiahkan cinta terbungkus pita
: Syailendra
Aku hidup di jaman kardus. Jaman sekarang, milik semua orang. Di jaman semua orang ini, para pemimpin terbuat dari plastik, figur panutan bertubuh karet, penegak keadilan adalah besi kokoh tapi berkarat. Mereka menguasai air, angin, matahari, dan memonopoli hujan.
Aku adalah kardus yang terempas karena angin kencang, hancur...
Kalau saja Bram Stoker orang Indonesia di jaman kini
inspirasi drakula adalah mereka para kelelawar berdasi
menghisap darah sesama
menyedot kering harga diri keluarga
Bagaimanapun juga mereka makhluk nokturnal bertopeng sahaja
penjara tak membuat mereka jera atau menyerah
kelelawar berdasi bukan manusia yang makan nasi
Ketika pita telah kaubuka
sebingkai cermin kauangkat
bukan itu hadiahnya
aku tak ingin kau bersolek, sayang
aku ingin kau bercermin
lihatlah refleksi yang kauhadapi
itu bayangan seorang ibu
wajah cinta yang sesungguhnya
Seakan dunia sedang tertawa
tergelitik oleh tingkah manusia
sujud punya makna jumawa
zalim kian lazim dan biasa
Maka bumi berguncang manasuka
setelah adil berdiri, cahayanya mati terlindas dusta
Tepat saat itu terjadi,
hari berhenti lalu menyucikan diri
Kalau hidup itu instan, nyatanya tidak demikian. Harapan selalu ada dan doa tidak terjawab saat itu juga. Hidup sekali-kali memang dramatis, sedangkan drama selamanya harus logis.
Kata orang, logisnya apa yang datang akhirnya pergi juga. Kenapa tidak mengejarnya? Membujuknya datang lagi dan tidak membiarkan pergi. Hingga akhirnya tiada, dan bekasnya...