Lelah di Tangismu
…
Puisi 2 Bait bergambar di atas berjudul Lelah di Tangismu karya Legiman Partowiryo
Kulihat bendera ini
Tiba tiba Aku ingat semua peristiwa
Petistiwa saat pemuda-pemuda berjanji
Demi negeri ini
Terimakasih wahai pemuda negeri
Berkatmu kami bebas dari jajahan ini
Aku adalah detak detik jam yang semakin
bertambah nilainya dan kembali lagi ke satu
lalu dua dan berlanjut,
Dan engkau adalah angka fana tiga belas
yang tak kunjung ada dalam perjalananku,
Seberapa banyak ku berputar,
Tak ada engkau bukan ?
Tak pernah kubayangkan
Memikirkan hal yang tidak diperlukan
Di atas tepi daratan
Terus mencari pengharapan
Di dalam kesunyian ini
Hati merasa sepi
Tiada yang perlu kutangisi
Semua pasti akan kulalui
Mesin waktu bergulir tiada henti
Bayangan masa lalu kembali hadir menyapaku,
Membuatku tak bisa melihat dunia luas,
Bagaikan mata ini tertutup selendang hitam,
Lalu ?!
Kemana aku akan melangkah ?!
Kemana lagi aku harus mengadu?
Arrgghh..
Engkau telah berhasil !
Yup...
kasih apakah aku masih memegang tanganmu dan memelukmu untuk yg terakhir kalinya dan merasakan hangatnya tubuh dan cintamu, walau hanya sedetik saja, sebelum engkau pergi dengan pilihan hatimu.
….kasih mengapa kita di pertemukan lagi, dan mengapa kita jatuh cinta lagi jika akhirnya hnya akan berpisah pula. Kasih pernahkah kamu...
Gejolak rasa membuat diriku bingung
Mengoyak asa dikala kita bertemu
Bermandikan debaran hati yang berdengung
Fikiran mencoba waras dimalam itu
.
Apa yang salah jika itu benar?
Hanya karena kau lah dada ini berdebar
Sudah pernah aku mencoba menyingkirkan
Dan kubuang dalam...
A day without you is just like a year
Noone’s like you and I need you to be here
At my dreams with your beautiful face
Special girl in my special heart space
Take me higher take me fly away
Above the stars we’re gonna...
Kadangkala kata-kata bagai hujan peluru,
Dalam pertempuran dikepalaku,
Jangan kau mendengarku,
Karena mereka pasti menyasar menembus jantungmu.
Kadangkala imaji terperangkap kebekuan,
Bisu dan kaku hingga kedinginan,
Dekati aku pada saat itu,
Karena dia akan selalu mengagumimu.
Kita lahir dari rahim yang sama
Membuka mata di saat berbeda
Aku menolongnya kau mencacinya
Tapi kau yang jeli dan aku tertipu belaka
Ini hanya masalah sudut pandang
Menganggap kaya berlebihan atau miskin keterlaluan
Mata rahim melihat itu semua seimbang
Kita semua lahir dari...
Dulu ayah membangunkanku di pagi hari
Dulu ayah menemani aku dimalam hari
Kasih sayangmu selalu kurindukan
Engkau selalu hadir di dalam mimpiku
Mimpi yang begitu nyata bagiku
Menginginkan ayah untuk kembali
Ayah tanpamu aku bukan apa-apa
Tanpamu aku hanyalah manusia yang tidak mengerti hidup...
Entah aku mencintai atau patah hati, sejenak tak lagi mengingatmu sepagi ini, tenggelam dalam peluk bantal guling kasur dan kembali bermimpi.
Whether I love or a broken heart, a moment no longer remember at this hour, immersed in the mattress and pillow bolsters hug back dreaming.
Beribu tetesan menempel di kaca jendela yang sedari awal memang sudah berdebu
Pecah kan hening yang seolah bisu
Tetesnya buat bunyi yang seolah seperti irama yang menggebu
Gabungkan hujan dengan namanya yang sedari dulu ku rindu
Kemarin
Saat matahari hendak menelan cahayanya lamat lamat
Ku...
Hingga kini,, aku merasa,,
Merasa sendiri,,,
Merasa bimbang,,
Merasa tak karuan,,
Mungkin suatu nanti,,,
Yang bisa membuatku,,
Merasa lega,,
Puas,,,tersenyum,,,gembira,
Semoga,,
Until now,, I feel,,
Feeling alone ,,,
Feeling indecisive,,
Felt abysmally,,
Perhaps a later,,,
That makes...
suara-suara menggema di belakang
menguarkan aroma bengis
bagai kaki gerimis yang tajam.
tapi percayalah,
aku akan bertahan
terlebih aku teramat paham
dalam hidup tak selalu harus ada penjelasan.
Aku mengadu pada Sendu,
Aku bercerita Pada Pilu,
Tentang rindu yang telah Bertamu,
Tanpa mengetuk pintu dahulu.
Air mata rindu tak tertahankan,
Merajut asa tanpa harapan,
Air mata rindu tanpa pertemuann,
Mengingat engaku telah di pangkuan TUHAN.
Tentang malam…
Merangkai aksara kesunyian..
Silir silir merambai daun daun rerantingan
Lekap kilap Gema gemintang…
Mendesaukan Jenggala arca purnama..
Tentang malam…
Tentang seseorang…
Tentang yang tersayang…
Bukan jari-jari yang mempengaruhi
Manis Stevia yang tidak berbahaya adalah senyumnya
Radiasi sinar yang tidak berbahaya adalah senyumnya
Pada momen itu, aku
Bukan jari-jari yang mempengaruhi
Kau menarikku sangat kuat
Proton didepanku tak menjerat
Aku sang elektron terluar
Perlahan mendekat
Memilihmu menjadi...
Kemarin kutulis surat lagi
Namun bagai kisah trilogi
Tiga episode tak kukirimi
Dan kisah akhir kita masih dalam lipatan origami
Tertutupi oleh warna-warni
Tak terbaca meski indah lewat mata
Kau cinta di pelupuk senja
Kita bagai kesturi, wangi namun tak digemari
Jauh sekali...
Di sepertiga malam
Arsy-Mu terbuka luas membentang
Rembulan tersenyum bersama gemintang
Hatiku merintih beranak bimbang
Kulangitkan doa di kala banyak mata terpejam
Namun salahkah jika aku memaksa meminta
Padamu tentang dia di sepertiga malam
Di sepertiga malam
Waktu yang tepat mencurahkan segala...
Masa tetap berlanjut
Rindu ini tebengkalai
Kepadanya yang teduh
Jauh dari risau
Aku disini rindu
Tak kuasa tahan bisu
Berucap tapi semu
Aku hanya ingin bersua dengan mu
Walau hanya khayalan semu
Bidadariku
Bagiku, kau adalah bidadariku
Bagiku, kau adalah malam yang indah
Kasihku mengalahkan bintang diatas sana
Cahaya wajahmu mengalahkan bulan diatas sana
Bahkan keanggunanmu tak ternilai seperti indahnya langit pada malam hari ini
Aku mencintaimu wahai bidadariku
Bawalah aku kekayangan
Ajaklah aku terbang...
jika merdeka adalah kebebasan
mengapa masih ada merasa terpasung?
ada ketakutan bersuara
ada kecemasan berekspresi
bersembunyi dibalik tembok kokoh
mereka butuh jembatan untuk mengetuk hati para penguasa
berharap bukan pahlawan kesiangan
namun dia berani ambil risiko demi arti kebebasan
Cikini, 27/11/2023
Aku mampu bernarasi
Aku mampu berimaji
Aku juga mampu berpuisi
Menuangkan segala kata hati
Padamu aku mencintai
Luasnya benua, tak seluas harapanku
Indahnya senja sama indahnya dengan puisiku
Aku lumpuh jika aku kehilangan
Kehilangan segala lurusan bait juga kehilangan cinta sepertimu
Hampir rampung
Luka lama kembali menganga
Bersorak girang dalam perjalanan pulang
Sebab Si penyembuh yang tak kunjung datang
Namun mengirim luka lebam yang bisu
Lalu ditengah riuhnya hari itu bersama ragu
Aku kembali merayu waktu
Berharap semua ini berlalu
Dan
Tidak menjadi...