Tua renta
…
Puisi 1 Bait bergambar di atas berjudul Tua renta karya Sapere Aude
Waktu terus mengiringi
Detak jantung menemani
Kunikmati secangkir diksi
Disepetak ruang sunyi tanpa telepati
Hati tak lagi memilih menanti
Sebab pemiliknya sudah lama pergi
Kini pikiranku berdiskusi
Pada raga yang tersakiti
Rintih tangis tak terbendungi
Karena hati susah lama mati
Ran ..
Aku sudah tua renta sebetulnya
Ketika semua bertanya kelahiranku
Adalah ketika pertama aku mencintaimu
Bagimu mungkin baru berjumpa
Sialnya aku sudah mencintaimu
Sebelum kehidupan ini benar – benar ada.
Menetap atau meratap,
Yang selalu ditatap tidak berjanji akan menetap,
Alang langit mulai gelap,
Bilaman awan ingin meratap
Bezikir bintang menyatuhkan cahaya
Kini aku menatap lagit yang selalu ada
saban hari aku selalu menungg datangnya malam
yang aku ingin sampaikan kisah yang kelam
Segumpalan payoda melitasi langit yang kini hanyalah bunga malam
Malampun telah tiba
Serayu malam kini datang mengaduh
untuk...
rindu sendu mengharu kalbu
sunggu berbakat kau petik hati
jikalau resah akan kehilangan
jangan berpikir aku lenyap
sampaikan pelukku, wahai kusam
sungguh tiada tampak jiwa berbunga
lebih lebih ku tak bertutur
hatiku rindu bukan kepalang
nestapa gancaran dilalui
waktu memisahkan akan...
Saat berhadapan denganmu
Aku terhimpit
Antara dimensi ruang dan waktu
Tak mampu mulut ini terucap
Rindu untukmu
Rindu akan cerita cerita kita
Yang penuh
canda tawa
lewat sajak ini
kulis kata
lewat puisi ini
sebagai bukti rindu yang tak...
Saat ini aku sedikit lebih indah,,
Itu kataku,,,,
Saat ini aku sedikit lebih lega,,
Itu kataku,,,
Saat ini aku sedikit lebih unggul,,
Itu juga kataku,,
Mungkin bukan kata orang lain,,,
Mungkin juga bukan kata temanku,,
Saat ini,, aku seperti terkena badai,,
...
Merindukanmu adalah air mata
berderai dalam kesepian tanpa suara tanpa bahasa.
Yang penuh dengan ketakutan
yang terus menerus meresahkanku.
namun memendam selaksa rindu yang masih tertahan dibibir waktu.
Rintik rintik terhujat eksistensi
Dilamar guntur dan tercerca becek
Dengan merangkul segala kuasa dihujani kritik
Lewat tutur intuisi tasbih aku selalu berpasrah
Menyerah di penghujung usang
Seucap syahdu memeluk 6 elok paras agama
Dan diri makin diredupi taubah lalu mereda segala risau
Sepanjang...
Jiwamu bagai penyihir
Kau menjebakku dalam dunia mimpi
Dunia yang tiada akhir untuk kata khayalan
Sesaat ku tersadar untuk melihat kilas kejamnya dunia
Kehidupan yang tak berjalan sesuai impian
Senyumanmu bagai udara yang menyejukan
Kuhanyut bagai bunga yang menari di sapa angin
Jiwaku...
Di jalanan kulihat pemburu waktu Di pasar kulihat pemburu uang Di kantoran kulihat pemburu pengakuan Di sekolah kulihat pemburu kurikulum Pagi ini mataku membaca berita Seorang ayah menyudahi ia dan bayinya bersama di dunia dan di akhirat Pagi ini telingaku mendengar cerita Seorang istri melukai dirinya karena terluka menganga perasaan...
Kapan lagi?
Kopi mulai disedu
Cangkir berbaris dan menguap
Asap rokok yang mengelung-gelung
Saling umpan makian mesra
Kapan lagi?
Kau, aku, duduk
Rasanya sudah tidak pernah
Hanya rima memori di sini
Kapan lagi?
Ibarat burung merpati
Cintaku terbang tinggi
Karena burung merpati mengerti
Sajauh apapun pergi
Pasti akan kembali
Kepadamu pemilik debar dan berlaksa rasa..
Layaknya gelegar di siang terang..
Kehadiranmu dahulu yang datang temani sepiku..
Tawa sendu mu yang telah lama tak kudengar..
Masih ku ingat walau kian lama kian pudar..
Tak sanggup rasanya ku pendam terlalu lama..
Rindu yang kian hari...
Jauh dan tak bisa ku pandang
Akal pun berkata jangan
Riuh gemuruh rindu menggebu
Akan kah kita bertemu?
Ku nantikan dirimu hadir disisiku
Kepada peluk teguh
Tuhanku
Dalam telinga ku
Aku masih menyebutkan namu
Biar susah sungguh
Mengingat engkau penuh dengan seluruh
Cahaya mu penuh suci
Tinggal kerlip titip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tidak ada artinya hidup
...
Aku adalah sebuah bayang
Mencari sang pemilik bayang
Sembunyi ia dalam bayang
Siapakah sang pemilik bayang?
Aku terdiam,terpaku
Haruskah aku berlari tanpa arah?
Lelahlah jikalau aku tak berhenti
Haruskah aku mengikuti sungai?
Itu bukanlah aku
Adakah lilin untuk melihat cermin?
mencintamu….
itu keinginanku……
memilikimu…..
itu tujuanku……
bersamamu…
itu anugerah,
yang terindah dalam
hidupku.
Dulu..
Waktu kau anggap musuh
Karna berputar teramat lambat
Namun sejak mengenalmu
Waktu berputar kian cepat
Bagai melayang
Seperti hatiku yang bahagia
Hingga ku merasa seakan terbang
Aku gelisah..
Aku berlarian menuju entah kemana
Kuratan menjalar dari kuku kaki
Titik masih serupa bayang diri di sepertiga hari
Aku berlarian entah untuk apa
Embun pun kalah pagi dengan langkah jari
Tak bergeming tak beranjak
Suara gemuruh serak
aku hanya menerka
bahwa airmata yang menetes itu
adalah bentuk perdamaian dengan keadaan
bahkan, bisa jadi suatu saat
dengan keadaan sekarang yang tak kalah sengit
akan kutarik hujan dari tiap lapis langit
menuju mataku untuk hanya sekedar memberitahu
bahwa aku tak pernah bosan
Swastamita, itulah dirinya
Indah namun hanya sementara
Kanigara, ceria senyumnya
Purnama tak cukup indah dibanding kedua bola matanya
Batari, nama lainnya
Walau daksa kita aksa
Tetap bisa kurasa hadirnya
Karena dalam hati dia adalah amerta untuk selamanya
Di teriknya matahari siang
Deruan angin melintas kilat di telinga
Disinilah ku duduk seorang
Di kelas penuh keramaian
Sepoian angin masuk di celah -celah jendela
Menghembus jendela kaca
Macam-macam suara ku dengar
Sungguh beragam tingkah laku yang mereka lakukan
Ada yang tidur,bercerita,dan...
Terimakasih pahlawan tanpa takut
Kau bertaruh melawan maut
Tetap siaga pantang berlutut
Berperang tiada takut
Untuk mereka yang ingin direnggut
Tanpa menuntut
Kau tolong semua yang mulai redup
Agar kembali untuk hidup