Makhluk Sempurna
…
Puisi 1 Bait bergambar di atas berjudul Makhluk Sempurna karya anonym
Tulang tulang itu mulai kelihatan
Hanya dilapisi selaput bewarna keclokatan
Entah kapan itu akan pulih
Atau justru malah dilapisi kain bewarna putih
Aku tak sanggup di dekatnya
Lebih baik menjauh daripada melihat ia tak berdaya
Aku ikhlas ia tiada
Daripada mendengar jeritan tanpa...
Tak lama kau berkicau,,
Dan tak banyak yang kau sampaikan,,
Hingga para jejaka ini tak pelak,,
Melirik kesana kemari,,
Seperti kau melihat media,,
Saat kau berkicau sedikit,,
Media menampilkan banyak,,
Seolah burung ini elang,,
Seolah burung ini gagah,,
Sangat pandai berkicau,,
Malam tiba
Kota terlelap,ku sendiri tanpa dekap hangat pelukmu
Orang yang kudambakan pergi jauh
Duduk terdiam ditemani hangatnya secangkir coklat
Dingin udara menyelimuti diriku
Dalam diam kusadari
Semua ini tak lagi sama
Aku sadar aku tak sendiri
Dia tak pernah tinggalkanku
...
mencintamu….
itu keinginanku……
memilikimu…..
itu tujuanku……
bersamamu…
itu anugerah,
yang terindah dalam
hidupku.
Kala itu simfoni qolbuku tak menentu
antara bahagia dan kecewa
cerita dan nyata
ternyata tak menyatu
tak mampu kudiamkan semua ini
qolbuku terus mencari
kemana jalan yang harus kutapaki
hingga ia tak hadir lagi
hinggga ku tiba disebuah hutan
gelap namun...
Menemui kamu dipersimpangan hidupku,
Adalah satu anugerah,
Nanti kita pergi tanpa kata,
Waktu itu masa bukan lagi milik kita.
Memori kelak makin kusam,
Aku akan dilupakan,
Hidup kita seterusnya pada perjalanan akhirat,
Siapa yang bakal menjadi sahabat sebenar pada jalan itu nanti,
...
Aku telah membaca dari berbagai penjuru arah mata angin
Siapa yang telah membuat keruh dan kisruh
Jika bukan atas nama duka nestapa
yang setiap kali kau lemparkan
di atas kepala-kepala tak berdosa
Hingga sajadah mereka menjadi genangan air mata
Akan selalu ada perhitungan
...
Hembusannya menyerulung ke dalam relungan sukma.
Hembusannya menyapu daun yang berguguran di jalanan.
Kini, jalanan yang biasa kau pijaki, menjadi jalanan yang tak pernah kuinginkan tuk kulewati lagi.
Jalanan itu sudah berbeda.
Jalan yang biasanya, kita lewati.
Dimana tempat itu, menjadi awal cerita kita, pun...
Aku ingin menerima mu,,
Menerima apa yang ada dirimu,,
Sita tak berkenan,,cela pun meluap,,
Ingin bahasa ini mewakili,,
Namun rasanya sulit,,
Sengau,,seperti air yang payau,,
Tak dapat bermanfaat,,
Selalu berdosa,,
Dan melayang dalam dosa.
Terimakasih pahlawan tanpa takut
Kau bertaruh melawan maut
Tetap siaga pantang berlutut
Berperang tiada takut
Untuk mereka yang ingin direnggut
Tanpa menuntut
Kau tolong semua yang mulai redup
Agar kembali untuk hidup
Kemarin, hari ini, dan esok
Adalah rangkaian senja
Tiada sehari pun tanpa senja
Kurajut kata-kata rindu
Menuangkannya dengan tinta-tinta rasa
Gemerlap cakrawala sore kian merona
Membuatku mengukir lengkung kecil dibibir
Senja kau indah, sangat indah
Kuharap hadirmu esok membawa segenggam impian
...
Untukmu kekasih yang selalu menyebutku pecinta terbaik
Jika nanti aku datang dengan segenggam cinta yang manis, percayalah itu bukan untukmu.
Untukmu kekasih yang selalu menyebutku kopi pagimu
Jika nanti aku datang dengan segelas kopi pahit, percayalah itu bukan untukku.
Nuansa hati yang selalu hingar bingar dengan...
Kau menyapa pertama kali di batas horizon
Tapi kau paksa aku telan pahit di tempat yang sama
Saat tak lagi kau titipkan saxophone tukku
Menjadikan telinga ini kosong dan kopong
Muram dan suram
Mengusut pikiran ini
Tak tahu harus apa
Karena Tak bisa...
Mana mungkin si miskin mampu memberi,
Jangan cuba meminta padanya,
Memberi menyebabkan jiwanya semakin kontang,
Dia hanya mampu meminta-minta,
Lebih baik menyendiri daripada dihina,
Jiwanya sudah hancur pada pencinta dunia,
Masakan lagi memberi,
Minta saja pada Yang Maha kaya,
Untuk dijadikan dirinya...
Tentang masa lalu
masa dimana aku kamu dan dia
menjalin kisah bersama
merajut asa meraih cita
mencoba tuk saling mendewasakan
memahami arti kebersamaan
arti kebahagiaan
arti kesederhanaan
hingga akhirnya
kita harus belajar arti kehilangan
teruntuk mereka
yang menemaniku
...
Saya sempat melihat penat dalam sebuah harapan;
Ia berjalan tanpa mengenakan alas kaki;
Diam tanpa aksara menyusuri dinding-dinding halnya nurseri yang bersapa oleh lara.
“Saya ada dimana?” Ujarnya sambil berbisik kepada musim kemarau di bulan Februari.
Masa pertama kali
Hebat dirobek murni
Tumpah darah negeri
Fase saat diuji
Pudar?Tak akan terjadi
Biar merebak biak meniti
Tetap nyala kobaran api
Semangat!!!Empat puluh lima
Dirgahayu Indonesia
Lekas sembuh negeriku tercinta
Tatkala fajar menyingsing
Dingin pun menelusuk hingga ke tulang
Tak surut do’a demi do’a
Membumbung ke angkasa
Senandung ayat-ayat Nya
Kian menggema di setiap sudut semesta
Adzan yang dikumandangkan
Kian menentramkan jiwa
Air yang mengalir membasuhi wajah
Menyegarkan hati dan mensucikan...
Aku menemuimu malam itu
bukan termenung atau terpekur
seperti biasanya
aku mendapatimu terduduk di kursimu yang lelah
kau meringkuk dan melipat kedua tanganmu
tak lupa serta, kau timpakan kepalamu diatasnya
ada banyak kertas berserakan di mejamu
dan kupungut satu lalu kubaca
tentang...
si fasik malu untuk meluahkan cinta pada si abid,
ingin saja dibuang perasaan cinta hingga gila,
si fasik tidak reti adab berdoa,
yang dilakukannya hanya kemungkaran,
sedang hatinya sentiasa gundah gulana,
yang dilihat pada si abid adalah syurga,
sedang mimpi-mimpi malamnya adalah azab nereka,
Aku menari dalam air mata
Tersenyum sedang hati berduka
Aku lemas dalam fikiranku sendiri
Hidup saban hari menderita
Tenang tenang
Tidur lena mengharapkan segala yang binasa akan pulih
Seleraku makin hancur
Berlari jauh agar wajah kusutku tidak dinampakkan
Aduhai hati bertabahlah
...
Rayuan angin seolah memberiku tanda
Deras hujan mengguyur dibumi tak henti Air mengalir seolah tak tentu arah dan tujuan.
Jalan setapak dipenuhi oleh dedaun yg bergugur
Banyak kejadian yang terjadi dibumi ini.
Kerusakan tiada batas,
Insan yg semakin hari semakin tidak tau arah hidup.
...
Tujuh hari aku mendampinginya,,
Dua puluh empat jam aku mengikutinya,,
Mengikuti apa maunya,,
Kita bersama sama,, dari kecil,,
Hingga besar,,dan dewasa,,
Lalu kenapa kini kau begini,,
Berubah tanpa arah,,hingga aku pun berbicara dengan burung,,
Bersenda gurau dengan bulan,,kamu kemana??
Mungkin kamu mulai...
Pada mimpi yang telah pergi
Kau lipat janji
Pada hati yang menanti
Kau hapus jejak kaki
Dan di jalan-jalan kerinduan melegam kenangan
Tak ada harus dipertanyakan
Karena kita telah terbiasa menelan kepahitan
Karena sakit hari ini adalah katarsis sunyi esok hari.