Hembusan Angin
…
Puisi 1 Bait bergambar di atas berjudul Hembusan Angin karya Ry07
Otakku sudah penuh
Pikirku pun terasa jenuh
Begitu banyak yang bersemayam di hati ini
Jejali ragam cerita di segala sisi tanpa arti
Semuanya..hanya tentangmu…
Ya..hanya tentangmu…
Lahirkan beribu rasa sejuta wahana
Hingga aku berasa gila
Gila karena mencintaimu….
Tiada obat mujarab...
Aku pernah merasa
Menjadi insan paling bingung disemesta
Karena ku merasa punya segalanya
Tapi di saat yang sama
Aku juga merasa tak punya apa apa
Akhirnya tanyaku dijawab dunia
Dunia berkata kamu punya segalanya
Karena kamu rasa cukup dengan apa yang kamu punya
Aku setengah mati membungkam segala perasaan
Namun rindu selalu meronta, berharap kuteriakkan namamau
Lalu kukirimkan doa, sebanyak bulir gerimis di kaca jendela
Semoga sampai di dadamu
Tempat yang semestinya aku selalu berada di sana
Gelap rasanya..
Gerak lengkuk berkecamuk dalam pikirku.
Gerah rasa-nya.
Sunyi mendekapku terlalu kuat.
Bersama sepasang mata yang terus mengawasi.
Sedang mereka selalu tertawa di sekelilingku dengan bangga.
Bising… melebur dalam derasnya rasa.
Rasa yang membuatku lemah.
Sedang kau selalu tersenyum manis menatapku.
“Rindu ini memikat..
Membuat diriku semakin terikat…
Canda tawamu selalu ada…
Dalam logika..
Di dalam hati dan raga.”
Hujan,
Kembali mengajak bercerita pada kertas,
Menggerakkan pena memuntahkan segala asa,
Riak sajak demi sajak lepas berhamburan,
Berbarengan dengan membenci sebuah rindu..
Ahh hujan,
Bisakah rintikmu saja itu yang jatuh,
Jangan kau ajak kenangan bersamamu,
Apalagi membawa sebuah nama..
Sendiri aku di tengah gelapnya malam
Merenungkan kisah yang tak pernah tau
Seonggok kisah di dalam kalbu.
Apakah itu bodoh atau keliru
Sudah merayap menggerogoti kalbu.
Sampai detik ini aku tak tau.
Meski sudah menyita seluruh ragaku
Berbaur menyiapkan waktu yang sia sia.
Nampaknya semesta mendukung
Malam mulai meniupkan angin sejuknya
Dan bintang mulai berpapasan di jalan angkasa
Hawa sejuk menari manja
Menarik ku tuk singgah sementara
Dalam dunia yang tak nyata, namun ada
Tuk menemui nyatamu
Dalam mayaku
Badai besar itu datang tanpa ku undang..
Asaku luluh lantak..
Saat kulihat bidadariku marah..
Pondasi cintaku pun runtuh dalam sekejap..
Menyisakan puing penyesalan yang mendalam..
Wahai bidadariku..
Dengarlah harapan dari sisa keyakinanku..
Ku ingin cinta kita sekuat karang..
Jangan biarkan rindu terkikis..
Hatiku masih sama
Masih tetap abu-abu
Sama seperti waktu yang terus pergi meninggalkan pilu karena kepergianmu
Ayah ibu,
Aku hanyalah anak yang masih tetap merindu
Pegangan tangan itu
Senyuman dan pelukan hangat yang dulu
Aku tahu,
Aku tak boleh lagi menangisi ketiadaanmu
Hembusan angin datang menerpa
Mengalun bersama melodi irama
Menemani kesunyian hampa
Menyelimutu hati seorang hamba
Membalut luka di dalam dada
Mengobati sakit yang terasa
Mencengkam perasaan yang mendalam
Mendekap rindu yang tertanam
Mencuri lamunan dalam diam
Mengembara ke beberapa waktu silam
Oohh, cintaku Nastriii,,
Ketika hati ini kau curiii,,
Oleh senyummu berserii,,
Sulit raga ini menghindarii,,
Meskipun jarak seujung jarii,,
Hanya terpakuku seorang dirii,,
Sulit ku untuk berusaha berlariii,,
Mengerang sakit rasakan sendiriii,,
Bagaikan menghujam ditusuk duriii,,
Yang tumbuh pada batang pohon...
Mak..
Kau peri dunia terindah
Cintamu tercurah..
Kasih sayangmu melimpah..
Pak..
Kau satria berkuda paling sakti..
Pengorbananmu terperi
Seluruh tenaga kau beri
Demi cemerlangnya masa depanku nanti
Terima kasih mak..Terima kasih pak..
Kalau kau katakan kita pernah bertemu,
Aku katakan ya,
Tapi aku kenali kau yang dahulu bukan yang sekarang,
Sekarang yang menjadi begitu asing,
Kita telah terpisah daripada penjara kesibukan masing-masing,
Entah apa menyebabkan badai berubah,
Asing terlalu asing,
Dari jauh muka buku yang...
Melipat jarak
Memang dahulu kita pernah dekat?
Kata siapa kita dekat?
Bahkan kita ragu untuk bersapa hangat
Lantas untuk apa melipat jarak?
Jika dari awal kita sudah bersekat.
Kilau cahaya jingga sore ini..
Indah,sangat indah dan menyilaukan..
Aku,,, yang diam di sela angin bungkam..
Membisu…..
Menatap hari yang semakin temaram..
Hingga jingga bergeser memeluk malam..
Disini,,, aku hanya bisa menulis beberapa aksara..
Menggumpal dalam kalimat menyapa,,
Tentang rindu, dan air...
Aku dan kamu ada di titik beda yang nyata
Tapi aku tau..
Kita bisa menyatukan rasa bersama..
Biarlah perbedaan itu ada..
Agar kita selalu bicara..
Bercerminlah pada pelangi..
Meskipun banyak warna tapi selalu bersama
Aku ingin menerima mu,,
Menerima apa yang ada dirimu,,
Sita tak berkenan,,cela pun meluap,,
Ingin bahasa ini mewakili,,
Namun rasanya sulit,,
Sengau,,seperti air yang payau,,
Tak dapat bermanfaat,,
Selalu berdosa,,
Dan melayang dalam dosa.
Tutur sapamu menghantarkanku
ke puncak kegembiraan
Aliran darahkupun mengalir
tatkala suaramu memanggil
Nama yang telah lama tak kudengar lagi
Walau hanya sekali terlontar,
akupun terhentak mendengarnya
Kau terasa hangat menyapa
Saat ku terhanyut menyaksikan ribuan bintang
Menerangi bumi pijakanku
Tuk...
Sedikit namun tak banyak,,
Bingung tak mau kelihatan bingung,,
Sedikit marah tapi sabar,,
Beribadah tapi terus bermaksiat,,
Hingga ini menjadi buram,,
Munafik,,tak jelas,,
Saat ombak berjajar rapi,,
Mengikuti perintah Tuhannya,,
Tanpa bertanya,, tanpa protes,,
Aku masih bertanya-tanya,,
Apakah benar,,apakah pasti
Hanya dengan tatapan mata
Dan gaya bicara
Yang lambat laun berubah menjadi rasa
Rasa yang memenuhi ruang hampa
Sebuah ruang yang tak pernah dibayangkan manusia
Sebuah ruangan berdebu
Yang hanya berisi pilu
Yang dulunya hanya hitam putih dan abu-abu
Kini telah berubah...
Demi sang bendera merah
Kau rela korbankan nyawamu, ragamu, keluargamu..
Demi berkibarnya bendera merah putih, demi bangsa ini
Demi kemerdekaan ini…
Kaurela bertumpah darah, keringat mencucur ditubuhmu
Semangat yang membara dijiwamu
Taklukan mereka pejajah negeri
Tak sedikit pun rasa takut
Bambu runcing...
si fasik malu untuk meluahkan cinta pada si abid,
ingin saja dibuang perasaan cinta hingga gila,
si fasik tidak reti adab berdoa,
yang dilakukannya hanya kemungkaran,
sedang hatinya sentiasa gundah gulana,
yang dilihat pada si abid adalah syurga,
sedang mimpi-mimpi malamnya adalah azab nereka,
Saat ku buat orang tuaku bangga..
Tapi nyatanya..
Separuh rasaku tersiksa..
Saat kulihat bidadariku terluka..
Wahai bulan purnama
Janganlah berurai air mata
Jangan biarkan pesona senyumu tiada
Karena kau buatku tak berdaya