MUDA YANG BERCAHAYA
…
Puisi 1 Bait bergambar di atas berjudul MUDA YANG BERCAHAYA karya Zainab Baudin
OMBAK YANG DERAS DAPAT…?
MENGHILANGKAN BENIH-BENIH CINTA DAN SERPIHAN RINDUNYA….
TETAPI TIDAK DENGANKU
AKU DISINI MERINDUKANMU YANG DISANA
KU YAKIN OMBAK YANG DERAS
ITU TAK AKAN BISA MENGHILANGKAN BENIH-BENIH CINTA DAN SERPIHAN RINDUKU
UNTUKMU
Sinar mentari menyejukkan jiwa
Terlihat cinta semerbak di mana-mana
Sungguh indah mata memandang
Melihat sosok yg tak asing
Lantunan Tasbihnya, membuat hati merasakan ketenangan dan
Jiwa terasa tentram mendengar pujiannya kepada Tuhan
Sungguh tak terduga
Ternyata ini hanyalah mimpi
Setelah tersadar, kenangan...
Puluhan, ratusan bahkan ribuan,
Lalu lalang manusia bertebaran di muka bumi,
Terbagi oleh wilayah-wilayah,,
Banyak harapan, banyak perbuatan,,
Setiap harapan beda dengan yang lain,,
Pengurus wilayah pun dipusingkan denganya,,
Ada yang berjuang keras demi persatuan
Ada yang jadi malas karena lelahnya..
Setiap...
Ku terbangun…
Menatap indahnya fajar
Menyingsing pagi yang bening
Merah, kuning, jingga terlihat di ufuk timur
Tak ingin ku berpaling menatap senyum mu
Sang raja cahaya…
Sekilas,…
Terlintas dibenakku kenangan yang dulu pernah kita isi dalam memori otak kita masing-masing
Begitu indahnya,
AKU;
Sebuah kata yang memiliki sifat egois
Yang juga memiliki sifat penangis
Seorang lelaki yang hatinya mudah teriris
Aku..
Tak bisa merangkai kata layaknya orang pintar
Tak bisa membuat puisi seindah mawar
Aku..
Yang hanya bisa tersenyum saat menghadapi perihnya dunia
...
Kala itu purnama sempurna
Benderang cahayanya menyinari samudera
Kala itu seorang wanita menderita
Teriakkannya mengguncangkan
nusantara
Demi buah cinta yang terindah
Dia meradang,, dia mengerang dengan bangganya
Wahai dunia tau kah engkau
Siapa wanita yang terhebat itu
Dia….mamaku
Kaulah mentari hidupku
Penyemangat di hening kalbu
Karenamulah aku mampu
Menjalani hidup yang penuh lika-liku
Terpaku diri ini menahan rindu
Bila kau tak ada disisiku
Mengapa kau pergi dahulu
Tanpa menunggu daku
Tak bisa ku balas semua jasamu
Yang sangat berharga...
Kau bawa ikatan setumpuk bunga di tangan
Menyebarkannya pada langit senja
Berharap ia akan menyampaikannya pada sang waktu
Sebuah goresan sarat akan makna kau lukiskan
Sebuah kata “ya” yang kemungkinan akan menjadi nyata
Dan sebuah kata “mungkin” yang harus tersemogakan
Seakan engkau berharap
...
Mencintaimu?
Maaf aku terlalu takut untuk mencintaimu
Mencintaimu tanpa bisa ku miliki adalah sebuah takdir yang harus aku terima
aku tak bisa menuntut ke Tuhanmu, dan aku juga tak bisa menuntut ke Tuhanku untuk kita bersma
tapi aku yakin Tuhan kita punya rencana di balik ini.
Permulaan segala umur,
Aku petik bunyi gitar,
Usia bagaikan kembali belasan tahun,
Perumpaannya seperti bagaimana kau melihat langit pagi,
Hirup udara segar dalam-dalam,
Hayati irama dan melodi,
Kau senyum pada mereka dan mereka senyum kembali kepadamu,
Orang menilai bukan melihat muka yang comel...
Tuhan..
Pedih ini mengoyak hati
Karena kurobohkan kebanggaan bapak
Menjadi luluh lantak
Bulan purnamaku pun
Di balik awan tak nampak
Tuhan..
Teguhkan hati ini
Agar ku raih lagi senyuman
Di wajah bapakku
Dan tetap jalani romansa
Dengan bidadariku
Saat aku jatuh terpuruk tak berdaya
Persahabatanku ku agungkan di nadiku
Tekadku ada di pundak mereka
Harapanku kokoh
Dalam genggaman mereka
Keharuan mana yang bisa ku dustakan
Melihat ketulusan yang tak terbantahkan
Semangat mereka begitu membara
Mencari keadilan yang tak bermuara
Potretmu masih terpampang nyata
Bahkan tak hanya di kamera, ada dimana-mana
Ada di pelupuk mata, di dalam kepala, dada kiri bawah hingga sekujur vena juga aorta
Pun saat aku menutup mata
Kau potret berwarna, aku klisenya
Kau tercipta karena aku ada
sinar suar yang kau padamkan
segenap kelam kau hadirkan
taman yang kau abaikan
taman yang pernah kau indahkan
jiwa yang kau murungkan
dari keceriaan yang tak menjemukan
mimpi yang kau sirnakan
impian hati dan ketulusan.
Badai besar itu datang tanpa ku undang..
Asaku luluh lantak..
Saat kulihat bidadariku marah..
Pondasi cintaku pun runtuh dalam sekejap..
Menyisakan puing penyesalan yang mendalam..
Wahai bidadariku..
Dengarlah harapan dari sisa keyakinanku..
Ku ingin cinta kita sekuat karang..
Jangan biarkan rindu terkikis..
Kami adalah satu
Berpetualang menjelajahi waktu
Mengarungi masa
Melintasi zaman
Kami adalah satu
Dalam ikatan seragam putih abu
Melepas tawa
Berbagi duka
Kami adalah satu
Tiga tahun berjuang bersama
Hingga terpisah di penghujung senja
Kami adalah satu
Beda...
Mana mungkin si miskin mampu memberi,
Jangan cuba meminta padanya,
Memberi menyebabkan jiwanya semakin kontang,
Dia hanya mampu meminta-minta,
Lebih baik menyendiri daripada dihina,
Jiwanya sudah hancur pada pencinta dunia,
Masakan lagi memberi,
Minta saja pada Yang Maha kaya,
Untuk dijadikan dirinya...
Galar-galar indurasmi
Mempunyai getaran yang haki
Asmaraloka membayangi
Renjana semakin membiru
Membiru bak birunya samudera pasai
Abhipraya mengangkasa
Antara anala dan anila
Jika keduanya bersatu tanpa simpul
Gemuruh topan baskara akan murka
Abhipraya mengangkasa
Demi hilangnya candramawa dewana
Pair...
Hingga sore ini aku tak tahu judulnya,,
Judul dalam hidup ini,,
Apakah aku seorang yang hebat,,
Ataukah seorang yang biasa saja,,
Atau bahkan seorang pecundang,,
Sungguh membuatku khawatir,,
Lalu bagaimana,,
Apa aku harus merantau,,
Tapi demi apa?
Semoga aku segera menemukan...
Tertawalah bila engkau suka
Berteriaklah bila kau takut
Diri ini Sedikit melemah karena duka
Hanya senyum yang bisa terlontar dari bibir ini
Meski hati di rundung pilu
Meski sakit ini kan hilang bersamaan dengan datangnya hujan
Sungguh hina dan tega kau merusak senyum ini
Masa pertama kali
Hebat dirobek murni
Tumpah darah negeri
Fase saat diuji
Pudar?Tak akan terjadi
Biar merebak biak meniti
Tetap nyala kobaran api
Semangat!!!Empat puluh lima
Dirgahayu Indonesia
Lekas sembuh negeriku tercinta
Tulang tulang itu mulai kelihatan
Hanya dilapisi selaput bewarna keclokatan
Entah kapan itu akan pulih
Atau justru malah dilapisi kain bewarna putih
Aku tak sanggup di dekatnya
Lebih baik menjauh daripada melihat ia tak berdaya
Aku ikhlas ia tiada
Daripada mendengar jeritan tanpa...
Ini tentang aku yang berusaha bertahan
Saat kabar itu menghujam kepastian
Apa yang harus aku lakukan?
Saat bidadariku terbang dengan seseorang
Tapi tidak,Peri cintaku tak mungkin hilang
Karena wanginya kan slalu ku pegang
Tak peduli langit berguncang
Wulandari..
Ku mohon padamu
...
Magrib itu kau cumbu diriku dengan desir rindu
Gemerisik kota menghancurkan nyenyat yang kucipta diam-diam,
Kulantunkan ayat-ayat renjana pada bibir-bibir kubah,
Yang menggema pada dinding-dinding mushola,
Sebagian diriku risak,
Ada desir yang mengguncang hebat,
Lagi-lagi aku tercekat,
pada adzan yang menggaung di sudut-sudut...