Sebelum Rindu

Cerita yang belum selesai [Bagian 1] – Karya Lama Bersemi Kembali

Ferdy bangun pagi sekali, hari ini seperti hari sabtu biasanya bersih – bersih rumah sampai nanti agak siang pergi ke toko membeli beberapa kebutuhan pokok untuk keperluan  seminggu kedepan, dan tidak lupa membeli permen lolipop kesukaan Ike. Malam minggu seperti anak muda yang lainnya fredy pergi berkencan kerumah Ike, gadi s sekampus semester satu yang ia kenal lewat internet, tok..tok..tok.. ferdy mengetuk pintu sebuah rumah sederhana model rumah kost tanpa pagar,

“permisi…”, tok….tok…

sebelum ketukan yang ketiga tiba tiba muncul seorang gadis dengan wajah bulat matanya pun bulat hampir menyerupai Mata kelinci, bulu matanya yang lentik seolah merupakan efek cahaya matanya, bibirnya mungil cocok sekali dengan dagunya yang agak lancip, perawakannya lebih pendek dari ferdy sekitar 160an dan kulitnya putih mungkin karena ia suka menjaga kebersihan sehingga seluruh tubuhnya juga nampak segar. Sejenak dia memandang ferdy dari ujung rambut sampai jempol kaki, seakan mengingatkan pada seseorang,

“ cari siapa mas…?”

si cewek bertanya curiga dengan pintu yang masih terbuka selebar badannya, ferdy terdiam memandang cewek didepannya –kalau benar ni cewek ceweknya iwan yang baru pindah dari kalimantan, sungguh mujur nasibnya ..siapa yang tak tertarik melihat cewek ini, so perfect…seandainya saja aku mengenalmu sebelum ike- pikir ferdy

“hallo…”

ucap si cewek, alisnya naik keatas dan melambai-lambaikan tangannya didepan muka ferdy,

“siapa san…?”

terdengar suara khas dari dalam rumah, Ferdy tampak kaget gerak tubuhnya seperti telah dibebaskan dari totokan seperti dalam film-film kung-fu kegemarannya, pintu terbuka lebih lebar

“haiii dy….”

Ike Muncul dari balik pintu, segera saja ike memperkenalkan mereka berdua

“ini lho yang namanya ferdy ….”

, ferdy segera saja menyambar tangan santi

“ferdy…”

, bibir mungil santi terlipat kedalam

“mmmm….yup aku santi”

imbalnya, -wah bener tak salah lagi, kebetulan banget serumah dengan ike jadi bisa apel bareng nih- pikir ferdy meneruskan lamunannya yang terpotong, namun lagi-lagi belum sempat ferdy melepaskan tangan santi, ike menarik lengannya

“ yuk…duduk…yuk ”

, “eh aku mau ke toko sebelah nih, kmu mau nitip apa ke..? “,

“ aku nitip jus aja deh,…..kmu mo minum apa dy….? “tanya ike lembut,

“ jus juga boleh…tapi nggak pake lama…” gurau ferdy

, santi tersenyum “ok deh, pesanan segera tiba…..”,

“ makasih ya san…” kata ike,

dengan setelan piyama kotak-kotak biru bergambar beruang kuning, jari kakinya hampir tak terlihat tertutup oleh sandal hotel berbentuk kelinci dengan bulu-bulunya. Sejurus kemudian santi meninggalkan mereka berdua.

“Dia teman sekamarku yang baru pindah dari kalimantan. kampusnya tetanggaan dengan kampus kita…” belum sempat ferdy berbicara, ike menambahkan

“ tau ngga, tadi malem kita ngobrol mulai jam sembilan ampe jam satu pagi ….meski baru tiga hari dia tinggal disini , kita berdua udah curhat-curhatan pokoknya cerita-cerita gitu deh “

,ferdy baru akan mengucapkan konsonan pertama katanya, lagi lagi

“ malahan kita berencana pergi kerumahnya dibalikpapan libur panjang semester genap nanti…” kali ini ike belum menutup penuh mulutnya ferdy sudah menimpali

“ jadi gimana rencana kamu pindah kos ?”,

“ ya ngga jadi lah, selain santi semua yang kos disini paling dekat empat tahun lebih tua dari aku, obrolannya mana nyambung….orang supersibuk semua lagi, itu yang membuat aku nggak betah disini “,

“ oooo…..” ferdy manggut-manggut

“ gitu donk pengiritan…”

, “kok pengiritan ?”  tanya ike keheranan,

“iya pengiritan, kalo kmu jadi pindah kos, bakalan lebih jauh dari tempat ini jadi aku akan perlu doku lebih dari yang sekarang untuk ketempat kmu….hehehehe..”,

“ ooo…jadi kmu lebih belain uang daripada aku…”ucap ike jengkel.

“ bukan begitu aku kan gak bisa beliin ini..” ferdy mengeluarkan permen lolipop dan sebatang coklat dari balik jaketnya,

“dasar…” ikepun langsung menyambarnya, nampaknya jurus ferdy yang satu inisangat manjur yang membuat ike seolah melupakan segalanya.

” nih pesanannya dua jus alpukat, satu yang nggak pake lama untuk tuan ferdy satu lagi untuk nyonya ike “ santi datang dan meyodorkan dua jus alpukat dalam bungkus plastik, tangannya lurus seperti tak bisa ditekuk dan menjulur kearah ferdy dan ike.

“makacih ….” Kata ike sambil tersenyum,

“trimakasih banyak nona santi “, kata ferdy sok kebapakan,

“ Sama2,….. eh aku kekamar dulu ya..mo ngerjain tugas” santi kemudian pergi kekamarnya.

Setelah agak lama ferdy dan ike ngobrol dan bercanda, tak terasa waktu sudah menunjuk angka sepuluh ini tandanya jam berkunjung tamu telah habis dan ferdy segera berpamitan untuk pulang karena terlambat lima menit saja ibu kos sudah bawel persis seperti anjing penjaga.

Malam itu ferdy merasa lebih susah tidur dari biasanya, sedangkan iwan yang saat itu pulang lebih malam karena kerja lembur sudah terlelap lebih dulu, ada satu hal yang sangat mengganggu ferdy malam itu, dia terpesona oleh paras cantik pacar orang yang terbaring disebelahnya, ferdy terus teringat senyum santi kepadanya yang begitu lembut keibuan sekaligus tegas seolah merubah suasana menjadi sangat akrab dan intim, -jarang banget ada cewek punya senyum seperti itu- gumam ferdy, berkali –kali hati kecil ferdy menepis angan itu, ia berusaha untuk menghadapkan pada keyataan –saat ini aku lagi jalan sama ike, dan santi pacar siiwan, – dia teringat pertama kali dia datang keSurabaya, saat itu hujan lebat sekali setelah seharian penuh mencari tempat kos yang layak dan murah tapi dia tak kunjung mendapatkannya sampai pada saat ia berteduh disebuah warung kopi tepat didepan pangkalan bemo yang ia naiki, perutnya terasa lapar sekali untunglah warung itu menjul mie ayam  favoritnya, setelah menghabiskan dua mangkok mie dan satu gelas susu soda jumbo iapun bergegas untuk melanjutkan perjalanannya tapi pada saat ia merogoh kantung celananya dia tidak menemukan dompetnya, pikirannya langsung tertuju pada orang yang menabraknya ketika dia turun dari angkot

“modar aku” katanya kemudian ia melanjutkan

” pak, bapak  kenal orang yang naik ngkot yang saya naiki tadi ?” tanya ferdy pada penjual,

“nggak..” jawab penjual, wajahnya tampak kurang bersahabat,

ferdy yang belum mengeluarkan tangannya dari saku celana berkata agak miris

“wah pak ,….aku kecopetan…”,

“mas kalo mau ngutang, ngomong mas” kata si penjual sambil mengambil mangkuk dan gelas ferdy,

”nggak pak beneran saya kecopetan”ucapnya lagi,

si penjual menghentikan kesibukannya dan menatap ferdy curiga, tatapannya tajam kearah ferdy seolah ingin menelan ferdy hidup-hidup

”dadi sampeyan gak gelem bayar…mangane akeh gak gelem bayar, mbok kiro iki warunge mbahmu tah…” kata bapak penjual dengan nada tinggi,

” ferdy yang belum mengerti bahasa jawa bingung mau bersikap bagaimana karena kelihatannya si penjual amat lelah dan mukanya berubah jadi merah padam, tapi mnurut ferdy orang yang tidak tahu adalah orang yang lebih bodoh dari orang yang paling bodoh, kemudian ia memberanikan diri untuk bertanya

“ maaf pak saya orang jakarta, jadi saya tidak mengerti apa yang bapak katakan barusan..”

mendengar itu dan melihat tampang ferdy yang dipasang super culun, tangan si penjual yang masih memegang mangkuk dan gelas ferdy digenggamnya lebih erat, suasana jadi bertambah tegang, ferdy berpikir kalo sampai terjadi apa- apa yang pertama dia ambil untuk senjata adalah botol kecap yang ada disebelahnya,

“ eits sabar cak ”   tiba-tiba muncul anak muda yang seumuran dengan ferdy yang langsung memegang lengan si penjual,

ferdypun tak tahu dari mana munculnya pemuda itu,

“onok opo iki cak” tanya sang pemuda,

“arek iki lho mangan gak gelem bayar, warunge negoro ta ya’opo..”,

mendengar ucapan dan mimik si penjual ferdy sedikit lega karena dia tahu bahwa suasana terkendali,

seketika si pemuda memalingkan muka kearah ferdy “kenapa nggak mau bayar mas..?” tanya si pemuda mukanya mengisyaratkan ia tak yakin bahwa tampang ferdy tampang pemuda gratisan yang apa-apa minta gratis, kemudian ferdy menjelaskan ihwal peristiwa yang menimpanya.

“ ya sudah..ini” si pemuda mengeluarkan uang sepuluh ribuan dari saku bajunya, si penjual langsung menerimanya

“slamet kon saiki…” sambil mengacungkan jari telunjuk kearah ferdy.

Si pemuda mengajak ferdy ke tempat kosnya yang tidak jauh dari situ

“trima kasih mas, klo nggak ada mas saya pasti sudah babak belur dihajar orang sini, tapi kenapa mas mau bantu saya“ ucap ferdy sadar bahwa ternyata banyak yang menyaksikan kejadian itu,

“ah nggak apa-apa mas,saya juga nggak tahu kenapa mau bantu mas tapi selama ini saya selalu pake insting saya dan nggak pernah meleset dan saya yakin aja klo apa yang dikatakan mas adalah benar dan saya nggak suka aja ngeliat orang berantem gara-gara uang…ngomong-ngomong sampeyan orang mana” tanya si pemuda,

“nah itu dia mas, saya kan dari jakarta jadi saya nggak tahu jalan-jalan surabaya apalagi bahasa jawa, orang bilang bahasa jawa adalah bahasa yang paling banyak kosakatanya dan yang paling lengkap dunia, ya jelas donk saya bertanya sama bapak tadi, eh malah tambah emosi…memangnya orang sini kalau lagi marah jadi nggak bisa bahasa indonesia ya…”

mendengar ucapan ferdy iwan tertawa geli

“hahahaha….mas – mas mana ada orang yang lagi marah bahasanya diterjemahkan, sampeyan ini ada ada saja.”.

merekapun ngobrol panjang lebar,iwanpun menjelaskan tentang kedatangannya ke Surabaya  dari peristiwa itulah ferdy mengenal iwan.

– Bersambung –

by: pencilspirit

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *