karya puisi pendek

Tanbihat Rasa Oleh Wahyu Eka Nurisdiyanto

W

Tanbihat Rasa

© Wahyu Eka Nurisdiyanto

Renjana
Kulebur segala risau
di perapian senja
Bersemburat sajak-sajak lama
tentang pergumulan rindu tanpa jeda

Mereka bilang semesta tidak buta
Meski pelupuk terus dihujani ribuan derai
Meski tubuh limbung bak diterpa badai
dan hati diremukkan oleh duka nestapa

Semua akan menemui batasnya
Mata yang berlinang akan mengering
Raga yang letih akan memulih
Pun hati yang merindu akan berujung temu

Arunika
Sajak itu merindukan perjalanan diksi
pada kelana udara di pelataran hijau

Dititipkan sebait pelita
Menyigi sudut damai
dalam segar semerbak wangi
aroma daun teh bersua dengan pagi

Segara
Pada sajak yang termangu
Menyala lirih noktah biram
di langit sandikala

Kita saksikan mentari rebah
di pelupuk cakrawala yang redup mengatup hari

Bersama kilau kenangan yang lekat di ingatan
lalu luruh memudar pada petang temaram

Larut hingga jauh
terbawa debur ombak samudra

Pada sajak yang termangu
Mimpi dan harapan kekal bersemayam
di dermaga waktu

Ambara
Sunyi mengangkasa
Jauh di kedalaman jenggala
Semesta lelap berselimut kidung purba
yang lahir dari bisik lirih angin tenggara

Sepenggal doa pijarkan daya
bagi kita yang setia mendekap asa
bersama puisi yang kita eja di altar masa


Berapa nilai untuk puisi ini ?

Beri nilai dengan tap jumlah bintang dibawah ini. Dari kiri ke kanan 1 sampai 10

Average rating 9 / 10. Vote count: 5

Belum ada yang memberi nilai, jadilah yang pertama!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *