Di atas perahu layar berlampu neon
Di bagian lambung, dua tiga orang mulai duduk dan berbaring melihat rasi bintang
Malam itu terasa dingin, kemudian sang kemudi mulai mendayuh meninggalkan pesisir
Cerita yang usang, “doa di darat menyertai ku bahkan hingga ke muka dasar samodra”, kata #penyairkehidopanDi atas perahu layar
Negri ini kurasa mulai menampakkan djiwanya didepan kedua mataku
Hembusan anginnya menghelai kulitku yang setipis HVS prodak dalam negri
Derai air dari hilir menjadi tenang ditelan oleh kedalaman lautan
Perahu jalan dan memecah ketenangan, melihat ikan melompat diatas permukaan
Pulau-pulau adalah labuhan mereka yang masih bermukaDi lautan, hidup makhluk paralel yang sama sifatnya
Rantai makanan adalah kedok sifat hewani yang ditiru para insan
Ikan ikan kecil berharap dari makhluk darat yang sama kecilnya, makan dan jual
Sang hiu yang rakus suka menebar ketakutan
Dia kepalanya mereka bersajak soal Tuhan dan Akhirat
Tetapi setelah mengingat perut, keluar dari mulutnya berlembar ucapan dibumbui kepentinganMakhluk-makhluk suka melewati jalan yang mereka kehendaki
Diatas nama kemerdekaan mereka tuliskan kata kebebasan
32 tahun kiranya mulut mereka dijepit perangkap tikus
Saat terbuka maka soraklah teriakan di seluruh penjuruDiatas kebebasan, mereka lepas fantasi dan melukis rumus-rumus edan
Ikatan-ikatan ditarik sekaret mungkin dan terpaku oleh kelompok-kelompok penggiring perpecahan
Berjalan di zaman edan, jari jemari adalah tokoh utama film akbar
Mereka yang tersesat dibentuk oleh idealisme yang dibuat dari potongan firman dan kehendaknya
Setelah itu di tempat akhir, hanya sisakan tangisan sedu dan diiringi sejagat kata-kata maafKita ini benda hidup yang fana dan merusak
Tuhan ciptakan napsu agar mata ini tidak terasa buta, hati bisa berpuisi, dan indera lain sebagai sampulnya
Saat jalan kegilaan dibuat oleh kata-kata, maka zaman jatuh dan agama mengalami erosi ditelan pikiran
Mereka yang terjatuh, menurunkan buah pikiran dan menanam dalam hati generasi berikutnya
Mereka yang terbentuk oleh keadaan, tidak lupa akan garis nasib namun tak pantang berjalan dijalan berlobangUrakanlah kalean, segila apapun
Rusak-rusaklah sehancur apapun
Buatlah jalan sepanjang apapun
Kuraslah sampai habis, karena Khalid tau akhirnya
Namun satu permintaan Dewi Pertiwi
JANGAN PERNAH BERHENTI BELAJARNegri ini tak pernah sepi akan tangisan
Namun disampingnya ada jutaan doa dibawah tilam
Bunga bangsa masa depan adalah rumput yang tumbuh di khatulistiwa
Jikalau masa ditelan badai api, maka chaos pasti terjadi
Ilmu-ilmu adalah pancuran air yang laku di sepanjang zaman
Mustilah tujuan dibentuk seperti akar serabut yang bertangkai pada tunjang dan tajamnya menembus langit
Padamu, aku mengeluh

B
Sajak Perahu Layar
© Boeng Reza
Telusuri karya Puisi-puisi Boeng Reza
Puisi Tentang Sajak Perahu Layar 8 Bait 43 Baris Oleh Boeng Reza
Nilai
7
Versi Audio
Belum ada yang membacakan puisi ini, jadilah yang pertama.Yuk ikut baca puisi ini
Nyalakan mic dibawah untuk mulai membaca puisi ini.Allow access to your microphone
Click "Allow" in the permission dialog. It usually appears under the address bar in the upper left side of the window. We respect your privacy.
Microphone access error
It seems your microphone is disabled in the browser settings. Please go to your browser settings and enable access to your microphone.
0
Mulai sekarang
00:00
Reset recording
Are you sure you want to start a new recording? Your current recording will be deleted.
Oops, something went wrong
Error occurred during uploading your audio. Please click the Retry button to try again.
Terima kasih
Kiriman kamu akan kami moderasi terlebih dahulu, apabila memenuhi kriteria akan kami publikasikan dihalaman iniContoh Puisi 8 Bait
Contoh Puisi 43 Baris
Puisi diatas termasuk tema Puisi Kehidupan
Puisi lain kiriman Andi Nurdin syah, Boeng Reza, abudalta bisa anda telusuri, di beberapa tema diatas.