karya puisi pendek

Kemayu Oleh Andree Alphabet

A

Kemayu

© Andree Alphabet

Kemayu (1)

Kemayu...
Senang rasanya mencintai mu
Diantara rintikan hujan
Diantara bisingnya lalu-lalang
Kidung puisi kesekian aku sampaikan
Tentang sepasang asing ditengah keramaian

Kemayu (2)

Sabda bumi pada langit
Bunga merindukan rayuan hujan
Kemarau panjang setia tak ingin pergi
Katak sawah saling berdiam diri

Kemayu...
Semoga hatimu tak segersang bumi
Rindumu tak semiris bunga
Dan semoga tak senasib katak musim kemarau

Kemayu (3)

Kemayu...
Diantara gemerlapnya lampu kota
Angin malam sedang berbisik riuh
Ada yang membusuk dipojokan kamar
Dengan puisi-puisi yang tak sempat terangkai
Dan semua rindu-rindu yang kurang ajar

Kemayu (4)

Kemayu...
Andai penguasa-penguasa itu mengerti
Meluangkan waktunya berbicara cinta dan kasih
Duduk bercumbu saling memahami
Mungkin takkan ada manusia seperti ku
Menenggelamkan kepalanya kedalam air
Dan membenturkan kepalanya pada tembok yang mati
Manusia seakan hidup untuk mendzolimi diri dan meliburkan nurani

Kemayu (5)

Kemayu ...
Kisah masih berujung menuju sore
Dipulau suci dalam hangatnya temaram
Berandai-andai dalam diri
Mencumbui setiap keinginan
Menjadi alam berpikir mu
Menjadi coretan-coretan puisi mu
Menjadi air mata mu
Menjadi bahagia mu
Menjadi luka mu
Menjadi akhir untuk awal mu
Tapi sore menyadarkan kenyataan
Aku dan kamu terpisah ruang dan waktu

Kemayu (6)

Kemayu...
Untuk sedepa jarak yang kita tertawakan
Diawal perjalanan takdir
Dipuncak harapan segenggam doa
Hari-hari berkecambuk dengan gelisah
Namun doa-doa menjadi penyejuk seperti pagi
Semenarik pelangi pada sore
Dan semoga tak sebusuk tirani

kemayu ... (7)

Butuh berapa kopi lagi
Untuk rasa ini berlalu menemui sepi
Sejatinya cinta ini tumbuh tiada henti
Datang silih berganti seperti hari
Berulangkali dirimu Ku duakan dengan kopi
Namun hadirmu angkuh merindu setengah mati
Ku katakan berulangkali kepada pagi
Sepanjang hari dirimu selalu Ku Cintai

Kemayu ... (8)

Diatas loteng lantai dua
Seonggok daging menatap cemas tanpa tawa
Pekatnya kopi mengering penuh gelisah
Malamnya sepi hening teracuni rindunya
Pikirannya kosong dalam lamunan satu nama
Bukan tentang Tuhannya
Melainkan Ciptaan-Nya nan jauh disana

Kemayu ... (9)

Jika kelak Ku sulap puisi jadi nasi
Kamu jangan mengeluh
Cinta itu selalu tumbuh dan berani
Ia selalu menang atas kondisi dan waktu

Kemayu ... (10)

Kemayu...
Sepuluh memberikan arti sempurna
Namun Satu adalah hal berarti
Diantara senyum-senyum yang singgah
Diantara rupa-rupa rahayu menyenangkan
Hanya Satu yang terlihat terang
Kamu, ya Kamu
Bah cahaya lilin diantara gelapnya sekitar

*Puisi ini untuk Kemayu (Dina Silfiatus Sa'diyah)

Denpasar, Maret 2020
#MerawatIngat


Berapa nilai untuk puisi ini ?

Beri nilai dengan tap jumlah bintang dibawah ini. Dari kiri ke kanan 1 sampai 10

Average rating 8.8 / 10. Vote count: 9

Belum ada yang memberi nilai, jadilah yang pertama!

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *