Puisi Pendek - Singkat kumpulan sajak kiriman netizen, update tiap hari.
Anda bisa simak, bacain, voting, komen atau download sebagai gambar story/status. Lihat Daftar Puisi.
Kalau saja Bram Stoker orang Indonesia di jaman kini
inspirasi drakula adalah mereka para kelelawar berdasi
menghisap darah sesama
menyedot kering harga diri keluarga
Bagaimanapun juga mereka makhluk nokturnal bertopeng sahaja
penjara tak membuat mereka jera atau menyerah
kelelawar berdasi bukan manusia yang makan nasi
mereka hanya butuh kursi untuk beraksi
Click "Allow" in the permission dialog. It usually appears under the address bar in the upper left side of the window. We respect your privacy.
It seems your microphone is disabled in the browser settings. Please go to your browser settings and enable access to your microphone.
00:00
Are you sure you want to start a new recording? Your current recording will be deleted.
Error occurred during uploading your audio. Please click the Retry button to try again.
Puisi sebelumnya berjudul Kesunyian Ibu kiriman Denza Perdana.
Kesunyian Ibu
Dahinya adalah jejak sujud yang panjang
Perjalanan waktu membekas di pelupuk matanya
Derai air mata di pipinya telah mengering
Tanpa sisa, tanpa ada yang mendugaIa memilih jalan sunyi untuk bertanya
>…
Selanjutnya Puisi Kehidupan berjudul Televisi dari Denza Perdana.
Televisi
Sejak tabung sinar katoda
sihir telah bersentuhan dengan dunia
sinarnya merusakmu, tentu saja
turut mengubah perilakumuKini kau menyentuhnya
menggesernya ke kanan dan kiri
seolah kalian berinteraksi, padahal hanya
kau yang terpedaya >>…
Terima kasih Denza Perdana, Denza Perdana, Denza Perdana atas kirimannya.
Puisi Kontemporer, Puisi Lingkungan
Ku kira kau meramu hujan
Menata angan
Menoreh hendak
Ku kira hujanmu imajiku
Anganmu diriku
Handakmu hatiku
Ku kira
Aku,kau lalu KITA
Badai besar itu datang tanpa ku undang..
Asaku luluh lantak..
Saat kulihat bidadariku marah..
Pondasi cintaku pun runtuh dalam sekejap..
Menyisakan puing penyesalan yang mendalam..
Wahai bidadariku..
Dengarlah harapan dari >>…
Seringkali “sendiri” memanggilku untuk kembali menelusuri rasa dalam hati.
Aku adalah bias penuh warna,
Dari serpihan kristal kaca.
Tak perduli bagaimana mencoba menyusunnya,
Tetap saja makin berhamburan tak terhingga.