Contoh Puisi

Contoh Puisi berikut adalah untuk membantu kalian menemukan tema, menemukan ritme, gaya berpuisi hingga pemilihan diksi, penyair indonesia terkenal semacam chairil anwar, kahlil gibran, w.s rendra, Sapardi Djoko Damono, Goenawan Mohamad, Sutardji Calzoum Bachri, Sitor Situmorang, Joko Pinurbo, Remy Silado, Widji Thukul, hingga penyair yang dekat dengan anak muda seperti aan mansyur, akan mampu membuat hari anda penuh dengan kata-kata atau diksi, berikut beberapa karya puisi mereka.

  1. Contoh Puisi Chairil Anwar

    Aku

    Kalau sampai waktuku
    ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
    Tidak juga kau
    Tak perlu sedu sedan itu
    Aku ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang
    Biar peluru menembus kulitku
    Aku tetap meradang menerjang
    Luka dan bisa kubawa berlari
    Berlari
    Hingga hilang pedih perih
    Dan akan lebih tidak peduli
    Aku mau hidup seribu tahun lagi

    Aku Berkaca

    Ini muka penuh luka
    Siapa punya ?

    Kudengar seru menderu
    dalam hatiku
    Apa hanya angin lalu ?

    Lagu lain pula
    Menggelepar tengah malam buta

    Ah…….!!

    Segala menebal, segala mengental
    Segala tak kukenal ………….!!
    Selamat tinggal …………….!

  2. Contoh Puisi Kahlil Gibran

    Aku Bicara Perihal Cinta

    Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
    Walau jalannya sukar dan curam.
    Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
    Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.

    Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
    Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
    Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
    kan menyalibmu.

    Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
    demikian pula dia ada untuk pemangkasanmu.
    Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu,
    dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.

    Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu,
    dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
    Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
    Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
    Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
    Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
    Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
    Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
    Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
    Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
    supaya bisa kaupahami rahasia hatimu,
    dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

    Namun pabila dalam ketakutanmu,
    kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
    Maka lebih baiklah bagimu,
    kalau kaututupi ketelanjanganmu,
    dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
    Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
    tapi tak seluruh gelak tawamu,
    dan menangis,
    tapi tak sehabis semua airmatamu.

    Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri,
    dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
    Cinta tiada memiliki,
    pun tiada ingin dimiliki;
    Karena cinta telah cukup bagi cinta.

    Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
    TUHAN ada di dalam hatiku,
    tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati TUHAN”.
    Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
    sebab cinta,
    pabila dia menilaimu memang pantas,
    mengarahkan jalanmu.

    Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
    Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
    biarlah ini menjadi aneka keinginanmu:
    Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali,
    yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.

    Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
    Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
    Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
    Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan,
    dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
    Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
    Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
    Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu,
    dan sebuah gita puji pada bibirmu.

    Puisi Ibu

    Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir -bibir manusia.
    Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
    Kata yang semerbak cinta dan impian,
    manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. .

    Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita dikala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
    Siapa pun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya.

    Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.

    Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian. Khalil Gibran

  3. Kemudian Contoh Karya W.S. Rendra

    Sajak Widuri Untuk Joki Tobing

    Debu mengepul mengolah wajah tukang-tukang parkir.
    Kemarahan mengendon di dalam kalbu purba.
    Orang-orang miskin menentang kemelaratan.
    Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu,
    kerna wajahmu muncul dalam mimpiku.
    Wahai, Joki Tobing, kuseru kamu
    karena terlibat aku di dalam napasmu.
    Dari bis kota ke bis kota
    kamu memburuku.
    Kita duduk bersandingan,
    menyaksikan hidup yang kumal.
    Dan perlahan tersirap darah kita,
    melihat sekuntum bunga telah mekar,
    dari puingan masa yang putus asa.
    Nusantara Film, Jakarta, 9 Mei 1977
    Potret Pembangunan dalam Puisi
    (http://zhuldyn.wordpress.com)

    Tahanan

    Atas ranjang batu
    tubuhnya panjang
    bukit barisan tanpa bulan
    kabur dan liat
    dengan mata sepikan terali
    Di lorong-lorong
    jantung matanya
    para pemuda bertangan merah
    serdadu-serdadu Belanda rebah
    Di mulutnya menetes
    lewat mimpi
    darah di cawan tembikar
    dijelmakan satu senyum
    barat di perut gunung
    (Para pemuda bertangan merah
    adik lelaki neruskan dendam)
    Dini hari bernyanyi
    di luar dirinya
    Anak lonceng
    menggeliat enam kali
    di perut ibunya
    Mendadak
    dipejamkan matanya
    Sipir memutar kunci selnya
    dan berkata
    -He, pemberontak
    hari yang berikut bukan milikmu !
    Diseret di muka peleton algojo
    ia meludah
    tapi tak dikatakannya
    -Semalam kucicip sudah
    betapa lezatnya madu darah.
    Dan tak pernah didengarnya
    enam pucuk senapan
    meletus bersama

  4. Selanjutnya puisi milik Sapardi Djoko Damono

    Aku Ingin

    Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
    dengan kata yang tak sempat diucapkan
    kayu kepada api yang menjadikannya abu
    Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
    dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
    awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

    Kepompong Itu

    kepompong yang tergantung di daun jambu itu mendengar kutukmu yang kacau terhadap hawa lembab ketika kau menutup jendela waktu hari hujan
    kepompong itu juga mendengar rohmu yang bermimpi dan meninggalkan tubuhmu: melepaskan diri lewat celah pintu, melayang di udara dingin sambil bernyanyi dengan suara bening dan bermuatan bau bunga
    dan kepompong itu hanya bisa menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan-kiri, belum saatnya ia menjelma kupu-kupu; dan, kau tahu , ia tak berhak bermimpi

  5. Contoh Puisi Goenawan Mohamad

    Dalam Kemah

    Sudah sejak awal kita berterus terang dengan sebuah teori: cinta adalah potongan- potongan pendek interupsi–lima menit, tujuh menit, empat…. Dan aku akan menatapmu dalam tidur.

    Apakah yang bisa bikin kau lelap setelah percakapan? Mungkin sebenarnya kita terlena oleh suara hujan di terpal kemah. Di ruang yang melindungi kita untuk sementara ini aku, optimis, selalu menyangka grimis sebenarnya ingin menghibur, hanya nyala tak ada lagi: kini petromaks seakan-akan terbenam. Jam jadi terasa kecil. Dan ketika hujan berhenti, malam memanjang karena pohon-pohon berbunyi.

    Kemudian kau mimpi. Kulihat seorang lelaki keluar dari dingin dan asap nafasmu: kulihat sosok tubuhku, berjalan ke arah hutan. Aku tak bisa memanggilnya.

    Aku dekap kamu.

    Setelah itu bau kecut rumput, harum marijuana, pelan-pelan meninggalkan kita.

    Di Depan Sancho Panza

    Di depan Sancho Panza yang lelah,
    seorang perempuan bercerita tentang sajak
    yang disisipkan ke dalam hujan
    yang tak tidur.

    Tentu saja Sancho tak mengerti
    bagaimana sajak disisipkan
    ke dalam hujan, tapi ia mengerti
    cinta yang sungguh. Dipegangnya tangan
    perempuan itu dan berkata, ”Jangan cemas.”

    Memang sebenarnya perempuan itu cemas:
    Seseorang mencintainya dan ia tak tahu
    untuk apa. Ia tak tahu kenapa sajak-sajak tetap terbuang
    dan laki-laki itu tetap menuliskannya, sementara hujan
    hanya datang kadang-kadang. Malah guruh lebih sering,
    seperti brisik kereta langit yang menenggelamkan
    antusiasme yang tak lazim. Atau logat yang asing.
    Atau angan-angan yang memabukkan.

    ”Semua ini jadi lucu,” kata perempuan itu.
    Dan Sancho pun sedih. Sebab ia pernah melihat seorang kurus,
    tua dan majenun, yang memungut sajak yang lumat
    dalam hujan, yang percaya telah mendengar sedu-sedan
    dan cinta dari cuaca, meskipun yang ia dengar
    adalah sesuatu yang panjang dan sabar
    seperti gerimis.

  6. Contoh Karya Sutardji Calzoum bachri

    Herman

    herman tak bisa pijak di bumi tak bisa malam di bulan
    tak bisa hangat di matari tak bisa teduh di tubuh
    tak bisa biru di lazuardi tak bisa tunggu di tanah
    tak bisa sayap di angin tak bisa diam di awan
    tak bisa sampai di kata tak bisa diam di diam tak bisa paut di mulut
    tak bisa pegang di tangan takbisatakbisatakbisatakbisatakbisatakbisa

    di mana herman? kau tahu?
    tolong herman tolong tolong tolong tolongtolongtolongtolongngngngngng!

    Sutardji Calzoum Bachri, O AMUK KAPAK ,1981 1

    Walau

    walau penyair besar
    takkan sampai sebatas allah

    dulu pernah kuminta tuhan
    dalam diri
    sekarang tak

    kalau mati
    mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
    jiwa membumbung dalam baris sajak

    tujuh puncak membilang bilang
    nyeri hari mengucap ucap
    di butir pasir kutulis rindu rindu

  7. Karya Puisi Sitor Situmorang

    Lereng Merapi

    Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini
    Aku Akan rindu balik pada semua ini
    Sunyi yang kutakuti sekarang
    Rona lereng gunung menguap
    Pada cerita cemara berdesir
    Sedu cinta penyair
    Rindu pada elusan mimpi
    Pencipta candi Prambanan
    Mengalun kemari dari dataran ….
    Dan sekarang aku mengerti
    Juga di sunyi gunung
    Jauh dari ombak menggulung
    Dalam hati manusia sendiri
    Ombak lautan rindu
    Semakin nyaring menderu ….

    Dia dan Aku

    Akankah kita bercinta dalam kealpaan semesta?
    – Bukankah udara penuh hampa ingin harga? –
    Mari, Dik, dekatkan hatimu pada api ini
    Tapi jangan sampai terbakar sekali

    Akankah kita utamakan percakapan begini?
    – Bukankah bumi penuh suara inginkan isi? –
    Mari, Dik, dekatkan bibirmu pada bisikan hati
    Tapi jangan sampai megap napas bernyanyi

    Bukankah dada hamparkan warna
    Di pelaminan musim silih berganti
    Padamu jua kelupaan dan janji

    Akan kepermainan rahasia
    Permainan cumbu-dendam silih berganti
    Kemasygulan tangkap dan lari

  8. Karya Joko Pinurbo

    Rendezvous

    Kau sudah tak sabar menungguku di halaman rumah berdinding putih itu.
    Di atas bangku di bawah pohon cemara duduk seorang wanita setengah baya
    sedang suntuk membaca dan sesekali tertawa.

    Nah, perempuan itu mengangkat kaki kirinya,
    kemudian menumpangkannya ke yang kanan.
    Pahanya tersingkap, clap, kau terkejap: kaususupkan
    cerlap cahayamu ke celah-celah itu dan aku cemburu.

    Maka aku pun segera berderai lembut di atas parasmu.
    Aku berdebar ketika perempuan itu melonjak girang:
    “Ah, gerimis senja telah datang.”

    Hanya agar perempuan kita bahagia, kau dan aku rela berebut bianglala
    dan ingin segera melilitkannya ke tubuhnya.
    Sebab sesaat lagi kau sudah jadi malam dan aku hujan,
    dan perempuan itu tidak mencintai keduanya: ia akan cepat-cepat
    masuk ke rumahnya, membiarkan kita berdua menghapus jejaknya.

    Lukisan Berwarna

    untuk Andreas dan Dorothea

    Hujan beratus warna
    tumpah di hamparan kanvas senja.

    Pohon-pohon bersorak gembira
    sebab dari ranting-rantingnya yang sakit
    kuncup jua daun-daun beratus warna.

    Burung-burung bernyanyi riang,
    terbang riuh dari dahan ke dahan
    dengan sayap beratus warna.

    Dua malaikat kecil menganyam cahaya,
    membentangkan bianglala
    di bawah langit beratus warna.

    Airmata beratus warna kautumpahkan
    ke celah-celah sunyi
    yang belum sempat tersentuh warna.

  9. Puisi Remy Silado

    Malam Rabiul Awal

    Kuingin
    Malam-malam bersua denganmu
    Kala hujan turun
    Membasah kalbu

    Ia sempurna
    Tapi bukan dewa
    Bukan juga Pencipta
    Ia manusia seperti kita

    Kuingin
    Malam-malam bersua denganmu
    Kala hujan turun
    Membasah kalbu

    Sabda Tuhan

    Bismillahirramanirrahim
    Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih dan penyayang
    Bismillahirrahmanirrahim
    Aku menyebut nama-Mu ’tuk lepas laparku
    Bismillahirrahmanirrahim
    Aku menyebut nama-Mu hilang dahagaku
    Bismillahirrahmanirrahim
    Aku memulai sesuatu sebut nama-Mu
    Bismillahirrahmanirrahim
    Aku takut, cinta dan bersujud kepada-Mu

    Hidup, mati, rezeki adalah jodoh
    Kaya, miskin, sedih adalah bahagia
    Tua, muda, cantik adalah buruk
    Islam, Hindu, Kristen, Budha, Kong Hu Chu
    Animisme, bahkan Atheis
    Semua
    adalah
    Sabda Tuhan
    Dan Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum jika mereka tidak berusaha
    ( untuk ayah dan ibu, semoga bahagia di dunia dan ahirat)

  10. Karya Milik Widji Thukul

    Peringatan

    Jika rakyat pergi
    Ketika penguasa pidato
    Kita harus hati-hati
    Barangkali mereka putus asa

    Kalau rakyat bersembunyi
    Dan berbisik-bisik
    Ketika membicarakan masalahnya sendiri
    Penguasa harus waspada dan belajar mendengar

    Bila rakyat berani mengeluh
    Itu artinya sudah gawat
    Dan bila omongan penguasa
    Tidak boleh dibantah
    Kebenaran pasti terancam

    Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
    Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
    Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
    Maka hanya ada satu kata: lawan!.

    Bunga Dan Tembok

    Seumpama bunga
    Kami adalah bunga yang tak
    Kau hendaki tumbuh
    Engkau lebih suka membangun
    Rumah dan merampas tanah

    Seumpama bunga
    Kami adalah bunga yang tak
    Kau kehendaki adanya
    Engkau lebih suka membangun
    Jalan raya dan pagar besi

    Seumpama bunga
    Kami adalah bunga yang
    Dirontokkan di bumi kami sendiri

    Jika kami bunga
    Engkau adalah tembok itu
    Tapi di tubuh tembok itu
    Telah kami sebar biji-biji
    Suatu saat kami akan tumbuh bersama
    Dengan keyakinan: engkau harus hancur!

    Dalam keyakinan kami
    Di manapun – tirani harus tumbang!

  11. Kumpulan Puisi Aan Mansyur

    Kepada Hawa

    aku merelakanmu menjauh,
    merelakanmu terjatuh
    ke tempat sampah
    bagai sepotong apel merah
    yang di geligimu pernah
    berdarah

    adakah cinta yang jatuh
    kepadamu melebihi cintaku?

    lelaki yang engkau cintai itu mati
    dan tak membawamu ke makamnya
    sementara aku bertahan hidup,
    bertahun-tahun sanggup tak mati
    oleh rindu–dan menanti di surga

    hawa, aku masih ular yang setia
    mencintaimu sepanjang usia tuhan.

    Ujung-Ujung Hujan

    dulu dalam dingin kita berpelukan
    sambil membayangkan ujung-ujung hujan
    sebagai kembang api yang merayakan
    cinta yang tak akan pernah dijarakkan

    sampai tibalah hari haru itu
    kau berlalu, aku menutup pintu
    dan ujung-ujung hujan yang jatuh
    tumbuh jadi rerumputn dan perdu

    hari ini, tiba-tiba aku ingat kau,
    di dada jalan yang membawamu jauh
    setiap ujung hujan yang menyentuh
    adalah mekaran bunga-bunga beribu

    Sajak Saat Hujan

    jika saja waktu dan kenangan adalah layang-layang
    sudah kugulung benang-benangnya dan kugunting
    bagian yang tak kuingin.

    hari itu hujan curah tak begitu deras namun lama,
    kaca jendela berembun hingga tak perlu juntai tirai
    sebagai selubung, tak akan ada orang yang melihat kita, bisikmu
    lalu kau buka kancing-kancing baju dengan tangan gemetar
    memperlihatkan kerumunan tahi lalat yang kau rahasiakan
    di sisi kiri payudaramu yang perawan menawan
    kau tuntun tanganku menghitungnya satu per satu
    tetapi aku gagal menyebut jumlah.

    setiap hujan seperti ini, aku berkeringat teringat
    hangat tubuhmu, dan meski kukatup mata sepenuh tutup
    sedikitpun tak ada yang terlupa, seluruh benar-jelas-selalu

    tahi lalat yang tak pernah kutahu jumlahnya itu
    kini menjelma jutaan belatung yang tak kenal kenyang
    dan usiaku adalah bangkai-bangkai kucing dan anjing

    jika saja waktu dan kenangan adalah layang-layang,
    di saat-saat hujan begini, sudah ada seorang lain perempuan
    yang pahanya jadi bantal dan tangannya mencabut
    uban-uban di ubun-ubunku.

    Puisi yang Mencintai Diri Sendiri

    saat dibaca,
    kata-kata berkaca
    pada telaga mata penyair
    ia melihat dirinya telah berubah jadi puisi

    dan memutuskan jatuh cinta kepada diri sendiri.

Contoh Puisi diatas tidak melulu tentang cinta seperti seperti karya Widji Thukul yang sering mengangkat tema kritik terhadap kekuasaan, ada yang tentang ibu dimata kahlil gibran, tentang bagaimana kehidupan dimata w.s rendra, petualangan khas chairil anwar, puisi model kontemporer karya Sutardji Calzoum bachri, tentang kerinduan yang mendalam karya Sitor Situmorang, tema kemanusiaan oleh Joko Pinurbo, puisi bernuansa islami kerohanian karya Remy Silado, hingga puisi romantis jaman now karya aan mansyur.

Salah satu kelebihan menulis puisi adalah fokus tema yang terjaga. Ide atau pikiran yang ingin kalian tuliskan menjadi lebih berkelindan, lebih berkesinambungan antara kata satu dengan lainnya, baris satu dengan selanjutnya, serta bait satu dengan bait kedua. Ya, editorial puisi pendek dan puisi singkat membatasi puisi yang akan dipublikasi hanya memiliki dua bait saja.

Selain fokus tema yang terjaga, menuliskan ide atau pikiran dalam beberapa baris kata yang terbatas dalam dua bait menjadikan puisi lebih padat. Kekurangan menulis puisi dengan berbaris-baris kata dalam beberapa bait panjang adalah semakin banyak pemborosan kata. Menulis puisi dalam dua bait dan baris yang pendek lebih efektif.

Inilah yang menyebabkan menulis puisi pendek itu menyenangkan. Karena saat menulisnya kita benar-benar menyaring kata, menghilangkan yang boros dan menambahkan yang puitis. Kalian bisa memulai dari tema-tema yang ringan. Kategori di dalam puisipendek.net dapat membantumu untuk menentukan tema. Atau, bila ide telah kering, kalian bisa membaca-baca artikel di koran tentang apa saja yang terjadi hari ini. Peristiwa penting hari ini biasanya akan memantik ide datang kepadamu.

 

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *