Rindu dendam
…
Puisi 8 Baris bergambar di atas berjudul Rindu dendam karya Acik
Katamu kau tak pandai berkata-kata,
namun kata-katamu mampu membuatku terbata-bata…
Bagimu kau tak terlalu suka mengungkap rasa,
namun yang kau isyaratkan membuatku tak mungkin lupa…
Menurutmu apa yang kau perbuat bukanlah apa-apa,
namun tanpa kau sadari, bagiku kau begitu istimewa…
Demikian tentangmu,
dan...
Tuhan menciptakan ibu yang hebat,,
ibu yang ngga pernah menua,,
Dia membuat senyumannya seperti cahaya ,,
dan Dia menjaga hatinya seperti emas,,
dalam matanya terpancar sinar bintang yang berkilau,,
dalam wajahnya terdapat banyak bunga yang indah,,
Tuhan menciptakan ibu yang hebat,,
dan Dia memberi ibu itu...
Merindukanmu di pukul tiga pagi
Efek sakit hati
Tak terlelap, tetap terjaga
Merenung tentang hal lama
Tak pernah aku sangka jika dampaknya sebesar ini
Ternyata membencimu itu hal yang mustahil aku lakukan
Hingga detik ini
Membencimu masih menjadi usaha sia-sia yang aku lakukan
Seperti babi yang takut akan ancaman pemburu
Namun bergaya didepan kawannya,,
Seperti babi yang memakan apapun yang ada didepanya,,
Namun berlagak bersih saat dipandu,,
Ampunilah kami ya Tuhan,,
Sungguh kami adalah pendosa tak kenal jera,,
Semoga Kau beri kami kesempatan untuk taubat..
Sebenar-benarnya...
Terkadang..Hati ini rindu pada seseorang yang mau mengisinya.
Selalu setia merawat dan menjaganya.
Terkadang rasa cmburu ada,
ketika melihat orang lain yang dapat menikmati indah cinta mereka.
Sebersit tanya terkadang muncul menggoda.
Kapan ku bisa dapat cinta seperti mereka.
Ini hanya kejujuran yang coba menafikan...
Dulu..
Waktu kau anggap musuh
Karna berputar teramat lambat
Namun sejak mengenalmu
Waktu berputar kian cepat
Bagai melayang
Seperti hatiku yang bahagia
Hingga ku merasa seakan terbang
Berpegang teguh pada mimpi
Karena jika mimpi mati
Hidup seperti burung yang patah sayapnya
Yang tidak bisa terbang.
Berpegang teguhlah mimpi mu
Karena ketika mimpi pergi
Hidup seperti tanah yang tandus
Dibekukan oleh salju.
Kebisuan langit malam
Lebih baik dari harapan yang kau pendam diam diam
Gemuruh diatas awan
Lebih baik dari gumpalan angan diperhatiakn balik olehnya
Jantung mungil ini terus berderu
Merasa perih saat tatapan itu hanya meninggalkan siluet di kertas biru
Dibalik jemari langsat ini beribu tisu...
Merelakanmu pergi
Adalah keputusanku
Melupakanmu
Adalah pilihanku
Itu aku…
Yang memilikimu hanya sejenak
Lalu hilang..
Membiarkan pengganti yang berhak
Aku ingin menangis sebentar saja,
Bukan karena aku cengeng,
bukan karena aku tak punya pikiran, yang bodoh menyelesaikan masalah dengan tangisan!!!
aku hanya ingin meluapkan sedikit sakit ku ini,
agar ia mengalir bersama air mata ku,
lalu kering karena hembusan angin,
dan kemudian……
...
Hari lahirmu berulang
perempuan yang kaupanggil ibu
berjibaku dengan hari ini
pada tahun yang telah lalu
dua dasawarsa lebih sewindu
kurang delapan semester lagi,
di usiamu yang 24 tahun kini
aku hadiahkan cinta terbungkus pita
Perasaan apa yang kurasa
Berdetak detak hati tak menentu
Mungkinkah ku telah jatuh cinta
Apakah ku telah merasakannya
Kasih…
Cobalah mengerti tentang rasa ini
Tuhan…
Bantulah aku untuk meyakinkan hati ini
“Slalu ku dengar ringkih cahaya
Dalam jiwa Yang perlahan merenggut kesadaran raga ini”,
“Raga yang menua
Tanpa alasan”,
“Yang jelas aku sudah melihat
Pasang surut dunia ini”
Ku letih, “biarkan ku tenang sejenak
Mengeluarkan nafas akhir ini”.
Aku tak takut siluman,
Hanya karena disini sendirian,
Bukan karena malangnya kesepian,
Atau kakunya kebosanan.
Aku gelisah akan senyuman,
Tapi bukan tentang keramahan,
Kekaguman, harapan dalam perasaan,
Tepat diujung sebuah kerinduan.
Malam ini begitu hening dan sepi
Terbayang dikau jauh di tepi
Merenung di dalam kalbu
Ku tambatkan harapku kepadamu
Mungkin ini hanya masalah waktu
Terbentur ruang yang rimpuh
Di sinilah aku berteduh
Setiap langkah tanpa mengeluh
Terkadang dengan hanya rintik hujan baru ku sadar pentingnya arti hadirnya payung kecilku
Terkadang ku tau indahnya bintang jika malam tlah menjemput hariku
Terkadang ku sadari hadirnya matahari ketika terik menyapa hari-hariku
Tetapi…ku tak butuh itu semua tuk mengingatmu….
Hujan takkan lunturkan rinduku..
Malampun takkam redupkan arti dirimu…
Dan teriknya...
Madah rasa rindumu
Sudahku siap puisi-nya
Dimana kalam rasa memggebu
nak dibaca bersama cerita lara
Minggu berlalu senin meratap hari
Asa larang aku merindu-nya
Tak tahan aku lena menunggu rindu datang menjenguku
Acik telok lekop,30 juli 2019
Rasanya tlah lelah sayap-sayap ini terbang mencari pintu ke hatimu
Kau selalu berbalik dan menjadi bayangan semu
Selebihnya aku meniduri angan di tepian telaga rindu
Derunya selalu membuatku mabuk tanpa tahu waktu
Bagaikan secawan khamar
Setelah candu kutenggak habis
Tanpa malu ucapkan rindu di sisa-sisa sadarku
Ku termenung sendiri
Merenungkan kata-kataku
Yang kutuliskan
Dalam sebaris puisi ini
Ku termenung sendiri
Akan kata kataku
Yang kusampaikan
Dalam puisi ini
Rona lembayung senja keindahan
semburat jinggaMu menoreh rindu
pada bulan di lenganMu
di mana kan kurebahkan jiwa lelahku
Di pelukMu kutemukan cinta
di matamu memancar kasih
Rindu ini tak tertahan lagi
untuk luruh dalam genggamanMu
Keangkuhan yang tiada berakhir,,
Kesalahan yang tiada perbaikan,,
Hingga perkataan melaju kencang mendahului pemiliknya,,
Itukah kau?
Kau yang katanya pesuruh Tuhan yang maha mulia,,
Kau yang katanya menjadi khalifah di bumi,,
Kau yang selalu dibilang penciptaanNya yang sempurna,,
Nyatanya kau hanyalah makhluk sempurna...
Apa yang sudah kukatakan?
Dengan pongah aku bicara kejujuran..
Padahal aku menyimpan kebohongan..
Sembunyikan romansa dengan bidadariku..
Biarkan purnamaku tertutup awan..
Karena mengakuinya mengundang amarah,
Menghujamkan luka, di hati orang-orang
Yang kami cinta..
saat sepi memenjara pikiranku dalam sunyi:
tiada ada kabar tuntaskan gundah layaknya dahaga abadi,
maka kutitipkan pada angin setitik harap
yang kuanggap mampu menyelimuti lelapmu
dan disini aku akan selalu mampu bertahan,
dengan segenap kesabaran,
meski kau dalam keadaan yang paling bosan.
(Kediri, Desember 2014;...
Kita tak pernah beraksa.
Hanya saja,kita tak sering bersua.
Walau wajahmu hanya akara.
Itu cukup tuk membuat dewana.
Anca tak pernah berhenti.
Dan hati,tak pernah berlari.
Semoga kita lekas bertemu,
walau aksa menjadikannya semu.