Selamat Malam Kawan
…
Puisi 15 Baris bergambar di atas berjudul Selamat Malam Kawan karya Rimbapena
Ibu
Tiada yang lebih indah dari kasihmu
Bagai lentera yang menerangi dalam kegelapan
Laksana surya yang selalu memberi kehangatan
Ibu
Engkau lahirkan kehidupan
Engkau bagaikan angin yang memberi kesejukan
Ibu
Sungguh besar jasamu
Tanpamu hampa duniaku
Engkau tempatku berpangku,
...
Sejak awal kumemulai mengenal dunia
Sejak itu juga kumemulai memahami arti hidup
Banyak kisah yang telah aku lewati
Demi mengejar impian
Semua kisah itu tak dapat ku
lupakan dari memoryku
Tentang perjuangan
kehidupanku untuk meraih
impianku
Walau bayak rintangan yang
...
Kian hari kian tersedu
Akibat cinta yag telah layu
Kemudian kudapati diri ini sedang merindu
Pada hati yang dulu bersama ku…
Rinduuu…rinduu…rinduuu…
Sesekali kulihat diri mu dalam igauan ku…dalam angan ku
Sesekali ku dengar canda mu…yang ku harap nyata ditelinga ku
Sesekali ingin ku...
A day without you is just like a year
Noone’s like you and I need you to be here
At my dreams with your beautiful face
Special girl in my special heart space
Take me higher take me fly away
Above the stars we’re gonna...
Tuhan, malam ini aku datang padaMu
Bukan meminta pengampunanMu
Tapi hanya mengadu padaMu
Tentang seorang wanita yang selalu kusebut namanya dalam setiap doaku
Tuhan, sesungguhnya engkau maha tahu
Tentang apa yg sedang terjadi dengan aku dan hatiku
Sungguh aku mencintainya dalam diamku
Bahkan aku...
ambillah hatiku ini ya Allah,
jangan biarkan aku sendiri meniti kehidupan,
semua yang Engkau takdirkan buatku adalah terbaik buatku,
andai sujud itu jalan menujuMu,
akan ku jadikan tahajjud itu tanda cintaku,
biar mereka berkata aku kurang akal,
atas setiap perbuatanku adalah untuk mencariMu,
...
Apalah daya insan nan lemah
Terkulai bagai daun yang layu
Patah bagaikan ranting kayu
Seribu rasa bercampur menjadi satu
Berjuta peristiwa hadir berliku-liku
Hanya dalam satu waktu
Sudah berapa banyak cita yang terkubur
Bibir pun tak sanggup tuk bertutur
Melihat semua harapan...
Mencari ilham pada karya,
Semangat pada raga untuk membina cita,
Hangat cinta semakin kelam,
Minda minta bangun dari mimpi siang,
Menyayangi diri untuk kembali pada fitrah,
Masih sesat pada dunia pada jalan yang kian bercabang,
Memikir dimana mahu bertapak sedangkan tapak masih belum muncul,
Dahulu aku ingin mengubah DUNIA,
Tujuan yg sebenarnya MULIA,
Bukan sekedar untuk berita-RIA,
namun entahlah…
Sekarang semuanya terlihat sia-SIA.
Jika memang tidak TERSEDIA,
Sekarang keiinginanku hanyalah membuat kelurgaku BAHAGIA,
Sebab hanya itu yg dapat membuatku CERIA,
Harapan kecil dari hati seorang PRIA.
Hidup...
Bahagiamu takkan kau temukan di mana-mana.
Di usapan-usapan lembutmu terhadap kucing kesayangan.
Atau di ayunan-ayunan pelanmu terhadap bayi milik saudara.
Begitu pula di lagu-lagu sukacita yang sering kau dengarkan.
Bahagiamu takkan juga kau temukan di mana-mana.
Di sebuah photobox tua yang masih harus dioperasikan dengan uang-uang...
Berpijaklah diatas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lapaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalan mu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli...
padahal hanya sekali kita hidup
saya sebut mereka dengan mereka karena mereka merupakan saya dan dia yang lain
lagipula mereka tidak kembar identik seperti mereka yang punya satu pikiran
ketidaksengajaan mungkin yang membuat saya bertemu mereka berulang kali
dan mungkin mereka bertemu mereka yang lain atau mungkin saya dan atau...
Agar kau lebih percaya
bahwa aku memang bukan peniru, kukirimkan padamu sebungkus cerutu
dan salam dari si Guevara.
“Merokok kala senggang ialah sobat sejati bagi tentara yang kesepian,” katanya.
Ia tak hanya lupa
bahwa kita bukan tentara,
tak pula ia mengira kala senggang
...
Otakku sudah penuh
Pikirku pun terasa jenuh
Begitu banyak yang bersemayam di hati ini
Jejali ragam cerita di segala sisi tanpa arti
Semuanya..hanya tentangmu…
Ya..hanya tentangmu…
Lahirkan beribu rasa sejuta wahana
Hingga aku berasa gila
Gila karena mencintaimu….
Tiada obat mujarab...
Aku menemukan mata yang tersiksa saat itu
hujan yang berkerumun di sudutnya
kemudian jatuh sungguh tak pernah benar-benar mengerti
mengapa ia tumbuh dan mengalir begitu saja
atau mungkin luka-luka di bias-bias sinar matanya itu
sedang menangisi hawa yang rubuh
di hadapan ular saat waktu...
Malaikat hati,
Terima kasih atas doa yang slalu kau panjatkan..
Terima kasih atas penjagaan yang tlah kau lakukan..
Terima kasih atas kiasan-kiasan kisah yang kau abadikan..
Terima kasih atas halusnya nasehat yang kau haturkan..
Terima kasih atas tutur kata yang kan slalu bermakna yang berikan..
Jika kopiku membuatmu resah
Beranjaklah ke kedai sebelah
Bukannya pasrah
Hanya sedang lelah
Lelah dengan keadaan
Yang mengintimidasi perasaan
Kau memberiku cinta
Namun berujung luka
Bodohnya aku terlalu percaya
Dengan cintamu yang pura-pura
Hingga lupa
Bahwa aku hanya kedai
Semesta..
Langkah kaki telah keluar dari persinggahan nyaman..
Rapalan doa demikian…
Beberapa niaga telah di rajut menjadi impian…
Berapa hati lagi yang akan di patahkan..
Semesta…
Sadisnya kau meruntuhkan harapan bahkan pula menjatuhkan..
Serasa kau tak akan berada di pihak tuan
Tapi,
Terbersit luka
Saat aku merelakan mu pergi
Harus ikhlas meski tak Ingin,
Sebab Ku tahu wujud cinta
Tak selamanya harus bersama.
Cinta yang hakiki adalah merelakan
Tanpa Engkau minta
Engkau kan hidup dalam setiap kenangan
Meski temu tak akan menyatukan kita
...
kala itu semua berubah
disaat yg tak diinginkan masuk
dan disitu pula aku merasa
aku bukan siapa siapa kalian
membalikan sebuah waktu
10 tahun silam aku sudah tidak mengenal siapa ibu
6 tahun lalu aku baru kenal siapa yg menafkahiku
sehingga raga meraasa sedikit...
Ketika sang angin membisiksan tentang itu
Aku tidaklah pernah mengerti apa yang dimaksudkan
Seakan menyentuh hingga menusuk kalbu
Yang membuat hati menjadi bisu
Entah apa yang sang angin ingin sampaikan
Harapan hanya berita kesenangan
Tanpa ada kedukaan dalam hati
Tapi nyatanya sang angin...
Sudut bibirmu selalu naik,
Sikapmu ramah begitu simpatik,
Pun ketika kau usap wajah dari baunya ludah,
Juga saat darah mengalir di wajahmu yang lelah,
Bila saat itu kami disana, kuatkah menahan amarah ?,
Dan mungkin aku yang pertama tersedu,
Ingin kurobek mulut si pembuang ludah,
Rentan!
Generasiku sedang tak berdaya Kembali terjajah, tak lagi jaya Identitasku dalam bahaya.
Tapi aku Milenial!
Tak sudi dibilang kolot Semuanya pasti ku jajal
Agar padaku matamu tersorot.
Peduli Setan!
Kepada tren, hamba mendamba Mohon tuan jangan cerca
Hanya ingin pengakuan jagat maya....
Ketika fajar mulai menyingsing
Gerimis menggelitik debu-debu jalan
Hembusan lembut angin pagi buta
Menuai rindu melaju
Sinaran tatapan mata terpacu atas bayangan
Seakan nyata di atas ufuk pandangan
Simanis mata berkaca
Rindu melaju tanpa menuai kata
Aku terbungkam dalam sunyi
Menuai mimpi diatas angan