Bendera Berdarah
…
Puisi 5 Bait bergambar di atas berjudul Bendera Berdarah karya Agus Sanjaya
Terbalut manis, buaian kata
Menghujam berdarah hati yang patah
Bagai bisa paling mematikan
Mengoyak rasa tanpa perasaan
Goyah mencoba berdiri
Dari luka terparah hati terkoyak belati
Terukir semua kenangan dan janji
Terhempas dalam cadas, jiwa hampir mati
Senyum manis penuh intrik
Bersembunyi dibalik...
Hujan malam menerpa
menetes di sela jendela
Suram menepi ke jiwa
hidup seolah tak bahagia
Aku tak ingin rindu
meski sesak di dadaku
Dunia penuh bayangmu
menghantui setiap waktu
Rasa ini terlalu dalam
terasa sulit untuk diredam
Langitku semakin suram
hanya...
We are different ages
We have different views
We like different people
We always have news
She made a decision
And now she has me
I give her a vision
Of what used to be
We love, we hate
We disrespect, we appreciate
bolehkah kutanya dirimu
tentang apa yang terjadi padamu
mengikut alur entah berantah
tak kunjung sirna di pelupuk mata
penuh harapan diawal kedatangan
bahkan naif akan adanya kesempatan
lebih suka menimpakan kesempatan
hingga hati menggema ” apa apaan ini! penyesalan!”
semua berpulang
satu persatu...
Desisan angin tak lagi melipir dipinggiran beluntas
Melain celetukan kabar penahanan dua minggu melintas
‘Apa apaan ini, dasar ma’lakas’
Semua berpulang
Asap pabrik mulai jarang
Hanya duduk bersama di bangku dalam ruang
Buana mulai sumringah lepas
Mengayun bayu umbulkan kapas
Berdesis lirih merintangi atap...
Dua bulan tampaknya telah berbeda
Setelah manisnya kebebasan kita genggam,
di atas tiang penghormatan
Bapak proklamator berpidato di atas dunia,
kita bangga melihat berita
Hingga serdadu mengepung simpang lima,
dendam berkobar dalam panasnya surya mendidih
Lima hari terasa lumpuh, pertempuran masih belum usai
...
Tiga tahun lamanya asmara itu berpadu,
Untaian berlaksa rasa dalam harapan yang satu,
Tertata dengan indah di atas hamparan mewangi,
Mengusir pergi deraian pilu dan rintihan sendu.
Sore ini, di persimpangan jalan ini,
Kau dan aku berada di dua sisi,
Tak ada lagi senyum...
Seiring atma terasa gelabah,
Kini rindu kian berirama
Mengharapkanmu raga ini terus terdayuh
Yang setia berangan sebagai derana
Detik terus berdetak
Perasaan yang kini bersemarak
Janjimu tertinggal di setiap diksi
Pair jantungku untuk sebuah adorasi
Masih dibawah indurasmi
Bernyali meski tetap dikhianati
...
Jalan sepi,
Bak kota mati
Para manusia memendam rindu,
Yang kian membelenggu
Semua berawal dari makhluk kecil imut serupa debu,
Tanpa henti bersilaturahim dengan tangan-tangan manusia
Biar ku beri tahu,
Dia adalah Corona
Bukan artis,
Bukan selegram,
Tiba-tiba viral di layar...
Engkau memilih bergegas pergi
Meninggalkan jejak-jejak misteri
Seribu tanya tertanam dalam hati
Namun begitu saja kau biarkan mati
Dalam hancur dan kalutnya aku
Aku masih saja merindu
Tak peduli dengan perasaanku
Asalkan aku dapat melihat senyumanmu
Dalam matamu tak kulihat luka yang masih membara
keindahan adalah seni
seni adalah keindahan
waktu kau sayangi seni rupa
jangan sampai kau puja warna
saat kau sukai seni suara
Jangan sampai kau puja nada
ketika kau cintai seni sastra
jangan sampai kau puja kata
kalau kau kagumi seni drama
jangan...
Ibu engkau melahirkanku
dengan kasih sayang…
Ibu kau selalu ada
disampingku maupun
dimanapun..
ibu kau berjanji
akan menemaniku
Ibu kau telah
melahirkanku
dengan taruh nyawa
Terimakasih Ibu
Tak terasa aku sampai dijalan ini,
Jalan kebenaran yang membawaku kemari,
Tempat yang hanya menyuguhkan ngeri,
Menyebutnya saja membuat bulu kuduk berdiri.
Ditiap arah jalan kulihat nama Karbala,
Diukir jelas diatas pedang-pedang khianat para durjana,
Namun tak banyak yang menyadarinya,
Karena kacamata manis penguasa...
Memelas mungkin membuatmu merasa pantas
Tiada dibenakmu betapa takdir begitu culas
Tinggal menunggu kala
Sehingga ia disapa jengah
Dengan menangis kau pikir akan muncul gerimis di matanya
Lalu kemudian tercipta pelangi
Mengusir dukamu pergi
Tetapi sampai bila masa tiada akan cukup deras
untuk...
Air fatamorgana
Seakan jadi nyata
Angin malam purnama
Sampaikan rinduku padanya
Di bawah pancaran purnama
Ku sujudkan syukur pada-Nya
Telah hadirkan bidadari
Yang mendamaikan hati ini
Ingin aku eratkan
Ikatan diantara kita
Agar tak terlupakan
Kisah indah kita bersama
Namamu selalu...
Sahabat
Ternyata sajakmu juga teramat dahsyat
Bak pemuda berpedang siap menyayat
Tetap patuhi ayah-bunda keramat
Tak perlu ketentuan apalagi syarat
Diri ini hanya mampu bermunajat
Semoga semuanya berkah manfaat
Di di fana dunia dan kekal akhirat
Cepatlah berlari menuju taubat
Daripada berjelaga terburu kiamat
Diksi ini tercipta secara tak sengaja
Kala Terdengar suara benturan sebuah benda
Ku buka dr jendela
Hembus angin menerjang kelopak mata
Ah kukira apa
Hanya rintik hujan yang datang tiba tiba
Rasa ini tercipta secara tak sengaja
Kala kita saling menyapa di sosial media
Kurindu
Pada sajakmu
Aksaramu hipnotis jiwaku
Berkelana arungi dunia hayalku
Kurindu
Surat kecilmu
Bagaikan semanggi empat
Menjagaku hingga malam berganti
Kurindu
Suara paraumu
Tiap pagi menyapaku
Sehangat mentari menyetubuhi embun
Kurindu
Setiap doamu
Kala sujudmu usai
Aminmu bersambut...
Di ujung lorong melempar batu,
Tiada kena munculkan dendam,
Mengakar masalah menusuk diri,
Menari lembut diatas dahaga
Lorong itu tak berujung,
Sungguh aneh permalukan hati,
Celah nyata mencekik dunia,
Menopang raga hitam tak berbekas
Jiwa tertanam dalam heningnya waktu,
Menatap lorong akankah nyata,
Dari kaki bumi aku berseru
menyeruakan ratap tangis para dina
biar raga sepu
bukan berarti meminta
apalah daya hamba sahaya
melihat gelap tanpa cahaya
hanya modal berani
kami gigih teruji
selayang pandang aku maju
menghentak para penindas
mencabit-cabit ragu
tanpa peluru...
Aku seperti sendiri
Dalam lingkaran massa yang aktif
Mereka sibuk tiada arti
Mengais sesuatu harga kumulatif
Aku seperti sendiri
Di dikte ideologi masif
Tertuang dalam petisi-petisi
Berisi dikotomi era produktif
Boleh kah aku berharap
Bahwa tiada satu atau lainnya
Tiada dua atau...
keriting sedikit ikal rambut mengkilap
bertopi hitam bergigi senyum, berdiri tegap
beberapa kotak, burung, kelinci pun siap
acungkan tongkat, merubah alasan jadi harap
ah aku hanya satu dari segudang pemain sulap
tak mampu obati rindu, sembuhkan lelap
tak sanggup terima malas, memberi gegap
tak...
Aku dan kamu bukan apa,
Bukan siapa,
Dan tak pernah ada.
Tapi takdir telah permainkan penyelamnya.
Dia pertemukan yang tak pernah bertemu.
Dia tautkan yang tak pernah sampai.
Dia sembuhkan yang tak mungkin sembuh.
Ya itulah takdir yang seperti bayangan namun jelas jika diterjang.
...
Selama ini menunggu
Sejauh ini berkelana
Tanpa meragu
Hati ini temukan rumahnya
Dia,
Teman dari masa lalu
Dan teman menatap masa depan
Hilang dan hadir
Tak bisa merubah jalannya takdir
Jauhnya perbedaan
Tak bisa memisahkan tujuan
Hari ini aku melamarnya,
...