Rudira Kehidupan
…
Puisi 4 Bait bergambar di atas berjudul Rudira Kehidupan karya Agrus Riyan
Hati ini acak-acakan
Kala sering menolak ajakan
Suka beralasan
Agar bisa pelarian
Jangan kau merasa aman
Karena telah berhasil melawan
Bukan tentang urusan belakangan
Namun semua ada balasan
Aku ingin berkawan
Dengan kesamaan keyakinan
Selalu berebutan
Selalu salip-salipan
...
Pagi sejuk sepi
Siang panas meradang
Malam dingin mencekam
Kosong
Pusing berdenging
Sepi tak bertepi
Bulan tersenyum memanggil
Menawarkan asa
Bintang berkedip merestui
Sesampainya di sana..
Hhmm..
Tak berbeda..
(Terimakasih Bunda)
Saya sangat senang dan gembira
Karena entah mengapa
Walau banyak sekali wanita diluar sana
Tapi hanya kau yang tulus cinta pada saya
Sungguh saya sangat cinta
Tolong jangan pernah pergi dari dunia
Karena jika kau pergi rasanya akan seperti neraka
Terimakasih Tuhan yang...
pulanglah sayang
hati yang mencintamu menunggumu
bagaimana harus kujelaskan rasanya terbelenggu rindu
jangan tersesat sayang
cinta akan membawamu pulang
tidaklah hatimu merasa sendirian
selalu ada rindu bersamamu
hari-hari tanpamu
separuh aku lepas
memburumu kian kemari
hingga negeri-negeri jauh
beri aku...
Entah mengapa hujan kali ini enggan mengusik mimpi
Cepat reda tanpa membangunkanku dengan dersik rinainya
Cukup berbisik pada bumi bahwa ada jiwa menyala
Adakah hadirmu membersamai
Pada kuntum hatiku yang sedang mekar
Sebelum terjeda matahari
Rasaku terlampau melangit
Sekian masa saling beradu rayu dan...
Semalam aku bermimpi
Didalam mimpiku aku bertemu seorang bidadari cantik
Yg dikirim oleh tuhan untuk menemani hidupku
Alangkah beruntungnya aku
Namun waktu terus berlalu
Dulu bibirmu yg mungil
Yg selalu memancarkan senyuman
Kini membiru dan terpaku
Dulu parasmu yg cantik
Berbalut dgn...
Kami…
Kamilah orang-orang terpilih
Generasi muda negeri ini
Pahlawan sejati…
Kami…
Mengkomitmenkan diri kami
Mendedikasikan negeri kami
Untuk menanggung nasib negeri…
Kami…
Mempunyai mempunyai satu misi
Memajukan negeri ini
Menjadi negeri yang sejati…
Biarlah kami…
Mengorbankan nyawa kami…
Bagi...
Berpijaklah diatas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lapaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalan mu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli...
Sayang? Tidak! Maafkan Aku I
Sayang,
kau memanggilku sebutan sayang
Aku terperangah selaksa hatiku gemetar penuh dendam
Dan lagi kau memanggilku dengan sebutan itu
Mendengar sahutannya itu aku seperti tengah merengkuh gunung emas
Bintang dan bulan sabit terasa lebih benderang
Beberapa saat aku...
Rasanya tlah lelah sayap-sayap ini terbang mencari pintu ke hatimu
Kau selalu berbalik dan menjadi bayangan semu
Selebihnya aku meniduri angan di tepian telaga rindu
Derunya selalu membuatku mabuk tanpa tahu waktu
Bagaikan secawan khamar
Setelah candu kutenggak habis
Tanpa malu ucapkan rindu di sisa-sisa sadarku
Lembayung pagi menyelimuti kalbu
Purnama pun sudah mulai malu dan berangsur angsur meninggalkanku
Terdengar sayup2 dari kejauhan lantunan syair rindu
Seolah iya memanggil ku dan memanggil mu untuk segera bertemu
Dengan menggunakan kain istimewa yang biasa kau gantung di belakang pintu
Kala itu masih banyak makhluk...
Kala aku bersemedi di pojok kamar mandi
Kau selalu datang menghampiri
Entah apa yang kau cari
Kau Buat bulu kudukku berdiri
Ku menjauh kau mendekat
Ku mendekat kau semakin dekat
Ku takut takuti
Kau semakin berani
Ku hempas gelombang tsunami
Kau terbang...
: Syailendra
Aku hidup di jaman kardus. Jaman sekarang, milik semua orang. Di jaman semua orang ini, para pemimpin terbuat dari plastik, figur panutan bertubuh karet, penegak keadilan adalah besi kokoh tapi berkarat. Mereka menguasai air, angin, matahari, dan memonopoli hujan.
Aku adalah kardus yang terempas karena angin kencang, hancur...
rasa menjadi sara saat aras tiba waktu asar
bermula mual tiba ini luam lalu alumnya malu
walau laki pasang kail di kali yang sudah ikal
tampak bisa siab biaskan basi sampai abis
kini arus usar jadikan ruas-ruas saur suranya rusa
ular pun ingin keluar raul karena...
kala itu semua berubah
disaat yg tak diinginkan masuk
dan disitu pula aku merasa
aku bukan siapa siapa kalian
membalikan sebuah waktu
10 tahun silam aku sudah tidak mengenal siapa ibu
6 tahun lalu aku baru kenal siapa yg menafkahiku
sehingga raga meraasa sedikit...
Ibu yang selalu berjuang
Untuk keluarga dan anak-anaknya
Menjadi sumber kekuatan
Di saat kita merasa lemah
Ibu yang tak pernah lelah
Menjalani segala tugas
Menjadi pelindung dan penopang
Di setiap langkah kita
Ibu yang selalu setia
Menjadi tempat curhat dan doa
Menopang...
Hidup memang layaknya kanvas putih
Beribu warna menyapu hangat tiap harinya
Kan ku ceritakan warna yang tak kusuka
Soal hati yang berusaha rela namun tak percaya
Aku tak tau mengapa secepat itu
Konon bunga baik dipetik lebih dulu
Tapi mengapa harus kamu
Seorang...
Sudut bibirmu selalu naik,
Sikapmu ramah begitu simpatik,
Pun ketika kau usap wajah dari baunya ludah,
Juga saat darah mengalir di wajahmu yang lelah,
Bila saat itu kami disana, kuatkah menahan amarah ?,
Dan mungkin aku yang pertama tersedu,
Ingin kurobek mulut si pembuang ludah,
Kami sedih melepasmu pergi,
tapi kamipun tak kuasa
tuk menahanmu tuk tidak pergi…
Yang tersisa kini
hanyalah kehampaan,
Kedukaan yang kian meranggas buas,
Menyisakan sayatan-sayatan luka
Yang semakin menganga nyata…
Mamah…
Hanya ratap dan harap yang kami punya;
Cepatlah pulang… cepatlah kembali…
...
pukul dua belas malam tadi
februari pulang dengan langkah gontai
memberikan tempatnya untuk maret
yang pandai merahasiakan perihnya sendiri
februari yang lapang dada
pernah berada dalam mimpimu
yang memejamkan cemas
merebahkan kekhawatiran
februari juga pernah menjadi bentuk peluk atau basah cium yang menghangatkan...
Ketika kamu puitis
Menyanjung kata-kata dalam diksi
Membina liukan indah tipografi
Merakit runtutan sajak
Kala kau melankolis
Mempesonakan nada
Membubuhkan bualan melodi
Memercikkan irama
Apa dan kapanpun kau itu
Jangan menjadikan racun yang ada dalam lapisan madu
Jangan menjadikan bisa yang...
Senja merona
Menandakan petang datang
Hewan malam pun mulai menyanyikan lagu
Kala temaram mulai menyeruak
Sunyi mulai senyap
Ditemani lentera temaram
Aku terbujur dalam kesunyian
Lamunan menerawang
Ke kerinduan yang mendalam
Rindu yang tak kunjung tersampaikan
Semakin dalam
Ada selembar kertas ku genggam
Tak di duga dirimu sedang meram
Di bawah ratapan bulan yang sedang tersenyum
Tanpa sepatah kata dalam kenyataan; meski mimpi mu sedang menggenggam
Esoknya terbit yang lahir dari senyuman
Tanpa sepatah kata dirimu membuatkanku sarapan
Secangkir gelas dan semangkuk untuk...
Tersentak,terbangunku dari lelapnya tidurku.
Peluh banjiri tubuh lelah ini, fikiran berkecamuk,desak ingatan akan mimpiku barusan.
Air mata pun tak dapat kubendung hati bagai tercabik cabik,luka begitu dalam,yang sedang kualami terbawa mimpi.
Dua mataku saksikan dirimu hanyut dalam pelukkanya,jiwa meronta tak berdaya,bibir bungkam tak dapat bicara,ingin kuhindari dan berlari tapi...