Pesan Terakhir
…
Puisi 4 Bait bergambar di atas berjudul Pesan Terakhir karya deliaperi
Semalam aku bermimpi
Didalam mimpiku aku bertemu seorang bidadari cantik
Yg dikirim oleh tuhan untuk menemani hidupku
Alangkah beruntungnya aku
Namun waktu terus berlalu
Dulu bibirmu yg mungil
Yg selalu memancarkan senyuman
Kini membiru dan terpaku
Dulu parasmu yg cantik
Berbalut dgn...
Dipersimpangan hidup kita bertemu
Bagai siang berawan dengan angin yang menyapa
Dalam sadar dunia menjadi semu
Seakan waktu berada dititik hampa
Penantian panjang adalah saksi bisu
Dengan setia diri selalu menunggu
Dalam doa selalu merintih
Bahwa kaulah pemilik hati
Hatiku telah melabu
Rasa...
Oh sahabat, kau selalu setia mendampingiku
Kau tak pernah meninggalkanku
Aku sedih tanpa dirimu
Semoga kita tidak berpisah
Oh sahabat, betapa baiknya engkau
Rela berkorban demi aku
Terima kasih sahabatku
Kau segalanya bagiku
Aku akan selalu mendoakanmu
Sayangnya sekarang kita berpisah
Karena...
Aku tak pernah ragu akanmu diriku
Kau kuat, karena setia menemaniku
Tak banyak yang begitu
Tapi kau mampu
Aku tak pernah meragukanmu diriku
Kupaksa kau selalu berjibaku
Dalam egoku, namun tak sekalipun engkau menggerutu
Tak banyak yang mampu
Tapi kau mau
Aku tak...
Senyum, tadi mawar seolah tidak ingin indah
mawar mungkin lupa caranya merekah
Senyum, tadi bulan seakan enggan
mungkin dia lelah akan hina’an
Senyum, hariku hari ini kurang cantik
Tapi mungkin hidupku film terbaik
JIKA SENYUM TETAP TERSENYUM :)
Pada satu arah,
pada celah antara langit yang merekah
dan bumi yang tengah sumringah,
ada sebuah petualangan
mengarungi keabadian.
Pada arah lainnya,
melalui halaman dan pintu rumah
dengan riasan sederhana,
ada sebuah dermaga
untuk meletakkan beban
dan kerinduan.
Aku...
Untukmu Puteriku,
Siti Noratikah Ramle.
Semalam
Aku mencintaimu
Hari ini
Aku masih mencintaimu
Esok
Aku tetap mencintaimu
Sehingga kapan pun.
Aku adalah aku
Mencintaimu dari sejak mula
Aku tidak ingin mencintaimu hingga akhir hayat
Tapi aku akan mencintaimu selamanya
...
Cinta adalah anugerah tapi cinta juga bisa menjadi musibah,,
Cinta bagaikan api kecil, yang slalu menghangatkan tapi cinta terkadang juga seperti api besar yg membakar segalanya,,
saat pertama kali cinta menghampiri, semuanya terasa manis. Saat waktu tlah berlalu cinta seperti makanan tanpa rasa, Hambar.
Cinta adalah...
Mentari terbit diujung japan
menyinari pagi dengan senyumnya
membinasakan semua mata
tatkala ia menjelajah negeri fana
Aku melihat..
sesosok wanita tua yang rapuh
duduk bersimpuh ditepi adimarga
membalik punggung tangan menghadap buntala
Mata yang lalu begitu syahdu
tangan yang amat lembut nan elok
Mentari menyongsongkan sinar pagi
Menembus jiwa yang terbangun
Menyapanya dengan penuh harapan
Hingga mimpi tak terabaikan
Tangan mungil terus berdarma
Langkah kaki terus mengegah
Dengan rasa penuh gelora
Tuk arungi hidup demi tergapainya asha
Namun, kala kehidupan yang tak berarah
Kesusahan terus meyelimuti
Hampir 2 Tahun terasa pahit wabah ini menjelma
Mengorbankan banyak jiwa malang yang sakit atau bahkan Tiada
Memukul sendi2 Ekonomi Bernegara
Mengacaukan rencana atau bahkan membuatnya tinggal menjadi Nama
Dan pada akhirnya meninggalkan Luka yang pasti penyembuhanya lama
Banyak dari Jiwa tidak berdosa harus menjadi korban...
Resah..
Mematahkan asa
Memberatkan langkah
Membelenggu jiwa-jiwa yang gundah
Resah..
Alam basah
Membekukan hati yang membuncah
Merobek dimensi tak bertuah
Menggelitik musafir untuk tetap singgah
Ahh resah..
Rinduku meluap bak air bah
Menenggelamkan imaji dalam darah
Membunuh logika dengan mudah
di petang itu,
ayah tengah duduk
tersenyum menatapku
sambil melambaikan tangan
agar aku cepat mendekat
kusentuh tubuh itu
bukan lagi daging dan darah
melainkan undukan tanah
sementara kejadian tadi,
hanyalah fatamorgana
aku berharap penuh
agar taburan bunga-bunga
mampu terbang bersama
hari ini…
aku ingin mengajakmu
untuk kembali jatuh cinta
seperti waktu pertama kali kita merasakannya
ayolah…
kita kenang kembali semua
bagaimana getar-getar ini dulu bahkan lebih cepat dari detak jantung kita
betapa binar kebahagian yg kita miliki bahkan lebih indah dari pelangi selepas hujan
Aku tak tahu bagaimana menamai diri
Bagaimana membuka bilik memori
Tak kutemui adanya pintu
Tak kutahu jendelaku di mana
Di mejaku hanya berhiaskan mawar menghitam
Mungkin sarinya t’lah di tenggak perlahan oleh waktu tanpa kutahu
Kelopaknya mengering kerut berbentuk sesabit pilu
Tak lagi mewangi...
Aku bukan bermaksud mempermainkan hati
Aku juga tidak bermaksud memberi luka di hati
Namun aku hanya ingin kau mengerti
Bahwa aku sudah tidak mampu kembali
Salahkah bila hati ini menyerah
Hati yang selama ini berjuang
sendirian
Ia tak mampu lagi
Menahan penderitaan...
Fajar menyingsing
Pagi menyapa
Seulas senyum kala tugas terlaksana
Tak kenal lelah meski penat menerpa
Tekadmu tak berujung
Sampai kini tetap berjuang
Demi kami, waktu kau korbankan
Kesembuhan kami, kau utamakan
Tiada kata yang dapat menggambarkan
Terima kasih tak sekadar ucapan
Jasamu...
Waktu berputar seperti roda
Semua berjalan begitu cepat
Apalah daya ku tak bisa lagi berbuat
Sesal takkan ada guna
Asa usang tanpa jejak
Ku meringkih dalam penyendiriaan dan penyesalan
Ku tertawa dalam perantauan
Meratapi harapan yang tak lagi memiliki makna
Kini aku hanya berpasrah...
Ini sulit hilang
Sampai sekarang tiada yang bisa menghentikannya
Ini semacam virus
Virus cinta maksudku
Setiap malam ku batuk, rindu
Setiap siang ku panas, gelisah
Kepalaku pusing,
Pusing memikirkan mu
Dan sekarang, aku terinfeksi
Gejala ini sudah lama
Namun ku dinyatakan positif...
Karenamu
Aku terjebak nyaman dalam dimensi halusinasi
Terperangkap dalam indahnya ruang tak berjarak
Pada dimensi itu kutemukan dirimu..
Tanpa ada jarak sebagai perantara
Tak ada waktu yang harus ditunggu
Pikiran, kalbu dan Atmaku
Tak ingin berpulang pada dunia dimana ragaku menetap
Waktu datang menyadarkan
...
Langkahku kian berat,
Tiada satupun wajah hangat,
Hanya kerumunan pejalan membawa penat,
Suatu sore pukul 5:20 tepat.
Manusia kian linglung dicambuk tenggat,
Demi pencapaian menaikkan derajat,
Jangankan untuk memberi manfaat,
Mensyukuri saja serasa tak sempat.
Pekerja membabi buta,
Tak ada waktu selain bekerja,
Riak-riak kecil menyapu jalan,
Membersihkan noda membuang luka,
Memanggul dosa tumpuan nada,
Bernyanyi sendu hati menggema
Mata sayu menatap dunia,
Menelisik keindahan tiada arti,
Duka nestapa menanti berita,
Si dia akankah kembali?
Sudah sewindu tiada kabar,
Ratap titipan menguliti jiwa,
Sudut desa...
Rimba raya zaman menempa peradaban
Menyisihkan lawan, menyisakan yang bertahan
Namun, konon kita adalah bangsa yang berkawan
Mengusung perdamaian, merangkul yang membutuhkan
Hanya saja, kita belum seutuhnya menjadi bangsa pemenang
Bangsa besar ini telah lama menanggalkan hakikat berdikari
Sangsi pada potensi anak negeri
Terlena...
Bagaimana bisa rangkaian bunga yang telah dirangkai bersama oleh kedua pasang tangan itu
Antara laki-laki dan perempuan yang pelik
Tanganku yang cokelat dan tanganmu yang lembut
Kita sama-sama merangkai dengan bahagia dalam pot besar yang penuh dengan kasih
Tangkai demi tangkai
Daun demi daun
Kelopak...