Akud
…
Puisi 4 Bait bergambar di atas berjudul Akud karya abudalta
Sabda angin melirih rindu
Pada daun-daun jatuh di musim gugur
Nampak setapak jejak yang hilang
Di rimba terdalam tak bisa pulang
Aku menyatu kedalam temaram
Dalam bentuk rasa pemecah malam
Menebas jarak demi rindu tergenggam
Tubuhku dan tubuhmu tergeletak pasrah
Di dekat perapian...
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
...
Ketika di langit terlukiskan cakrawala.
Kau hadirkan diriku penuh cinta.
Mengabdi sebagai hamba.
Dan menyembah pada-Mu Sang Esa.
Engkau sinari diriku dari kegelapan.
Kau tuntun diriku sampai tujuan.
Melangkah dengan hati berpegang iman.
Kau jauhkan diriku dari penyesalan.
Belaian kasih-Mu terhadapku.
...
Kian hari kian tersedu
Akibat cinta yag telah layu
Kemudian kudapati diri ini sedang merindu
Pada hati yang dulu bersama ku…
Rinduuu…rinduu…rinduuu…
Sesekali kulihat diri mu dalam igauan ku…dalam angan ku
Sesekali ku dengar canda mu…yang ku harap nyata ditelinga ku
Sesekali ingin ku...
Waktu terus melaju
Berpacu dengan usiamu
Yang kini bertambah satu
Selamat ulang tahun
Untukmu gadis berparas awan
Yang membuat hatiku ikut tertawan
Tak ada bingkisan berkilau
Di hari sepesialmu
Selain doa yang kuucapkan selalu
Semoga Tuhan memberkati
Mimpimu
Rencanamu
...
Senja merona
Menandakan petang datang
Hewan malam pun mulai menyanyikan lagu
Kala temaram mulai menyeruak
Sunyi mulai senyap
Ditemani lentera temaram
Aku terbujur dalam kesunyian
Lamunan menerawang
Ke kerinduan yang mendalam
Rindu yang tak kunjung tersampaikan
Semakin dalam
Gurat kehidupan tak ubahnya warna semesta
Senangnya menunjukkan ketidakpastian senantiasa
Maka aku memilih menjadi rahasia
Sebab hakikat diri adalah kata
Atas setiap salah aku menata
Segalanya sudah jadi biasa
Dicinta dan mencinta
Tentu tak ada yang sempurna
Serupa pun tak sama
Lantas bagaimana...
Fajar menyingsing
Pagi menyapa
Seulas senyum kala tugas terlaksana
Tak kenal lelah meski penat menerpa
Tekadmu tak berujung
Sampai kini tetap berjuang
Demi kami, waktu kau korbankan
Kesembuhan kami, kau utamakan
Tiada kata yang dapat menggambarkan
Terima kasih tak sekadar ucapan
Jasamu...
Berpijaklah diatas kakimu sendiri
Jangan biarkan kau jadi benalu
Kemandirian mu akan mandeg
Kau kan lupa jadi dirimu
Biarkan kakimu menopang mu
Lapaslah pelukan mu dari orang lain
Penyesalan mu tiada arti kelak
Terlambat melangkah
Kau harus kembali ke titik nol
Tak peduli...
Sepetik syair kunyanyikan
Padamu yang penuh kasih
Dengan nada penuh syukur
Atas tetesan kasihmu padaku
Kau hapus sedihku
Beriku tiap mimpi yang indah
Dengan doa
Kau ajarku berbudi
Namun apa daya kuberi bagimu
Bahkan, seribu bintang tak sanggup balas cintamu
Yang kuberi...
Senja akhir Juli telah berpamit, namun asa kembali memutar jejak langkah yang sudah terlewati
Jejak langkah yang tak mudah untuk dilalui
Jejak langkah yang tak semua berujung bahagia
Jejak langkah yang hampir berujung menyerah
Saat kaki tak lagi mampu melanjutkan langkah mendatangkan kecewa dan luka
Namun...
Mentari terbit diujung japan
menyinari pagi dengan senyumnya
membinasakan semua mata
tatkala ia menjelajah negeri fana
Aku melihat..
sesosok wanita tua yang rapuh
duduk bersimpuh ditepi adimarga
membalik punggung tangan menghadap buntala
Mata yang lalu begitu syahdu
tangan yang amat lembut nan elok
kasih..
adakah waktu tersisa,,
untukku,,
sedikit saja,,
aku minta darimu,,
hingga hidup ini selesai,,
kau boleh pergi,,
kasih,,
hati ini kering,,
garing,,tak empati,,
dan tak berasa,,
kamu tahu kenapa?
karena aku lupa akan kodratku,,
kodrat manusia,,
aku lupa...
Hidup memang layaknya kanvas putih
Beribu warna menyapu hangat tiap harinya
Kan ku ceritakan warna yang tak kusuka
Soal hati yang berusaha rela namun tak percaya
Aku tak tau mengapa secepat itu
Konon bunga baik dipetik lebih dulu
Tapi mengapa harus kamu
Seorang...
Entah mengapa hujan kali ini enggan mengusik mimpi
Cepat reda tanpa membangunkanku dengan dersik rinainya
Cukup berbisik pada bumi bahwa ada jiwa menyala
Adakah hadirmu membersamai
Pada kuntum hatiku yang sedang mekar
Sebelum terjeda matahari
Rasaku terlampau melangit
Sekian masa saling beradu rayu dan...
Kami…
Kamilah orang-orang terpilih
Generasi muda negeri ini
Pahlawan sejati…
Kami…
Mengkomitmenkan diri kami
Mendedikasikan negeri kami
Untuk menanggung nasib negeri…
Kami…
Mempunyai mempunyai satu misi
Memajukan negeri ini
Menjadi negeri yang sejati…
Biarlah kami…
Mengorbankan nyawa kami…
Bagi...
Beginilah caraku mengatasi ‘kerisauan’ rindu puan,
Dengan selalu mengingat-ngingat selengkung senyum manismu,
Meskipun ‘kerisauan’ itu adalah ketika kau tetap memilih untuk diam, sementara hati ini sekarat ditikam rindu berkali-kali… (lebih…)
Hati ini acak-acakan
Kala sering menolak ajakan
Suka beralasan
Agar bisa pelarian
Jangan kau merasa aman
Karena telah berhasil melawan
Bukan tentang urusan belakangan
Namun semua ada balasan
Aku ingin berkawan
Dengan kesamaan keyakinan
Selalu berebutan
Selalu salip-salipan
...
Aku bukan bermaksud mempermainkan hati
Aku juga tidak bermaksud memberi luka di hati
Namun aku hanya ingin kau mengerti
Bahwa aku sudah tidak mampu kembali
Salahkah bila hati ini menyerah
Hati yang selama ini berjuang
sendirian
Ia tak mampu lagi
Menahan penderitaan...
Kenalilah aku perlahan …
Dimana sajakku terdiam
Seharusnya kau lebih paham
Mendekatlah ….
Tiliklah kelam pupil mataku
Tiada kebohongan jika itu tentangmu
Karena aku adalah Edelweis
Tumbuh mekar di hatimu yang gersang
Aceh, 31 Oktober 2020
Ayam berkokok menyambut pagi
mengisi perut dengan roti beragi
secangkir teh menambah energi
merangsang senyum yang siap dibagi
Matahari memancar sepanjang siang,
namun teriknya ditangkis oleh AC milik mereka yang ber-uang,
tidak dengan mereka yang bekerja diluar ruang,
teriknya menembus kulit memaksa keringat keluar...
Jiwa yang tak pernah saling menatap
Hati yang tak pernah saling mendengar
Ada dan tiada hampa terasa
Sama-sama membisu,
Tak pernah menjauh ataupun mendekat
Sama-sama terdiam,
Terpaku oleh jarak
Yang tak pernah berhenti mengintai
Hanya…
Menggema dalam bayangan
Ramai dalam khayalan
...
Mentari menyongsongkan sinar pagi
Menembus jiwa yang terbangun
Menyapanya dengan penuh harapan
Hingga mimpi tak terabaikan
Tangan mungil terus berdarma
Langkah kaki terus mengegah
Dengan rasa penuh gelora
Tuk arungi hidup demi tergapainya asha
Namun, kala kehidupan yang tak berarah
Kesusahan terus meyelimuti
Hidup bagaikan opera
Yang terus berulang-ulang
Kadang seindah senja di sore hari
Lalu usai di telan Nestapa
Bisakah ku rangkai sepucuk surat
Mendatangkan Harsa di balik Nestapa
Namun sang ombak terus berdesik
Menghalangi datangnya sang Mentari
Tiba saat Lintang mengayun
Sepucuk impian telah...