Gambar Quote Puisi 2 Bait

Puisi 2 Bait bergambar diatas berjudul Dewasa karya na28
Dari tahun ketahun kegemaran orang membaca semakin berkurang. Jangankan kok menulis puisi untuk 2 Bait dengan kata-kata kiasan. Membaca buku saku saja semakin berkurang. Walaupun ini dipengaruhi banyak faktor, tetap saja merupakan kemunduran. Oleh karena itu, kami berusaha untuk memberikan fasilitas melalui jalur penulisan puisi.
Kami telah menyusun kumpulan karya puisi tentang 2 Bait yang merupakan kiriman para kontributor hingga tahun 2023.
Terpikul berat beban di pundak
Lelahnya kian menggelegak
Untaian keluhnya ramai
Syaratkan damai yang tak sampai
Kapankah terakhir kali ia bersuka cita
Penuhi inginnya atas dunia yang fana
Kapankah terakhir kali >>…
Di bawah langit senja yang merah membara,
Aku bersimpuh di dekat ladang yang subur.
Mensyukuri kuningnya hamparan padi yang menggoda,
Sebagai anugerah dari Sang Pencipta yang terhampar.
Aku merenung dalam >>…
Kerinduan ini kian membelenggu
Ketika hanya suara yang mampu terdengar
Ketika hanya ketikan yang mampu mengutarakan
Tanpa adanya pertemuan
Bukan tentang kilometer jarak
Tapi perihal detik waktu
Memupuk rasa ingin temu
>…
Kelabu tak kunjung biru
Bagai awan hitam tak jua hilang
Tenggelam di laut mati
Tercekat sebelum detaknya terhenti
Kamu merasa kuat, padahal sekarat
Memegang tali erat
Sebelum terjerat
Ketika nanti tubuh ini
Terdampar pada ruangan sempit
Terselimut akar-akar penuh duri
Tiada daya kecuali menangis sendiri
Saat baju tinggalkan jiwa
Hanya menyisakan raga berlumur dosa
Inginku kembali pulang
Namun, >>…
Merindukanmu di pukul tiga pagi
Efek sakit hati
Tak terlelap, tetap terjaga
Merenung tentang hal lama
Tak pernah aku sangka jika dampaknya sebesar ini
Ternyata membencimu itu hal yang mustahil aku >>…
Untaian waktu terus menjulur
Membawa detik yang telah kau atur
Biasa , semua tenang sesuai alur
Hingga tiba kecewa sampai hati hancur
Kemana?
Dimana?
Aku bersembunyi dalam ketakutan
Semua menghilang saat >>…
Dalam renungan malam sepi mencekam
Tiada untaiyan kata yang dapat terucap
Yang terdengar hanya suara gemuru angin malam
Membasuh luka dalam sekejap
Rasa di >>…
Ku termenung sendiri
Merenungkan kata-kataku
Yang kutuliskan
Dalam sebaris puisi ini
Ku termenung sendiri
Akan kata kataku
Yang kusampaikan
Dalam puisi ini
Semesta..
Langkah kaki telah keluar dari persinggahan nyaman..
Rapalan doa demikian…
Beberapa niaga telah di rajut menjadi impian…
Berapa hati lagi yang akan di patahkan..
Semesta…
Sadisnya kau meruntuhkan harapan >>…
Hampir rampung
Luka lama kembali menganga
Bersorak girang dalam perjalanan pulang
Sebab Si penyembuh yang tak kunjung datang
Namun mengirim luka lebam yang bisu
Lalu ditengah riuhnya hari itu bersama ragu
>…
Rinai yang terselubung
Membuat awan dan rintik terhubung
Mengundang aroma petrichor yang menyengat
Secangkir kopi yang hangat
Menggugah rindu yang mengendap di hati
Secarik pikiran yang melintasi
Deru yang berbisik >>…
Haruskah kau turun meluncur deras
Walau terpercik sakit jemari ini
Harusnya kau membeku diam diatas
Diam sunyi mencair bersama mentari
Benci t’lah terangkai jadi melodi
Membekukan setiap rasa kasih
Lirik t’lah >>…
Mendung yang menyelimuti mulai menepi
Langit biru menaungi cerahnya mentari
Selalu ada peluh yang terjatuh
bersimpuh dalam riuh yang mengaduh
Selalu ada linangan airmata
Yang pada akhirnya bermuara
di lautan kemenangan
>…
Aku adalah orang pertama, kau kedua dan dia orang ketiga
Siapa yang salah ?
Coba kita kembali telaah Dan redam semua amarah
Ini bukan salahku, bukan salahmu juga bukan salah nya
>…
Sambil senyum, kau ucap salam depan pintu.
Keringat masih ada di keningmu saat kepulanganmu.
Kelelahan terlihat pada gerak gerikmu.
Bapak, istirahatlah.
Jika kau lelah biarkan aku yang menggantikan perjuanganmu.